Subscribe:

pulsa

Sabtu, 29 April 2023

i hate myself

Segala ketakutanku sepanjang usia remaja hingga dewasa terjadi juga.

Aku yang terlihat "sosial" sesungguhnya adalah seorang penyendiri yang ahli. Begitu takut pada pertemuan orang dewasa, begitu ngeri melihat mereka yang berkumpul dan bercerita, begitu enggan menemui bertatap dengan mereka yang sudah dewasa.

Sejak kecil, masuk ruang guru adalah ketakutan terbesar yang pertama. Hingga tentu saja di labeli anak yang tidak sopan. Lalu meningkat di jenjang selanjutnya, dimana bertemu untuk menyelesaikan tugas akhir adalah perang batin yang begitu besar. Sampai hampir saja tidak diluluskan pada sebuah tingkatan. Lalu masuklah ke dunia kerja dimana semuanya adalah orang besar, sungguh itu hal yang melelahkan dan menakutkan. Jangan dihitung berapa banyak rekan atau atasan yang menganggapku lagi-lagi tidak sopan, karena ketidakpandaianku mengambil hati mereka. Dengan satu alasan, aku takut. Aku selalu diliputi kekhawatiran. Hingga saat ini aku tidak pernah punya motivasi karir apapun. Aku hanya sebatas menjalani dan lagi-lagi dipenuhi ketakutan setiap waktu. Aku setakut itu berhadapan dengan orang dewasa yang baru. Bukan maksudku untuk tidak sopan. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak kuat. Aku ketakutan. Sangat. Lalu bagaimana dengan beragam komunitasmu? Aku bisa hidup disitu sejak remaja hanya karena kecintaanku pada dunia anak-anak, sebatas itu. Selebihnya aku begitu kaku, sangat kaku. Menjadi kutu loncat yang selalu ketakutan di setiap perpindahan, aku hanya tenang ketika dihadapkan pada anak-anak. Ketakutanku akan pudar begitu saja. Hanya disitu, selain itu sejujurnya hanyalah paksaan dalam situasi dan keadaan.

Lalu tibalah hal besar ini, ketika aku harus berhadapan dengan keluarga suami. Iya, aku beruntung mendapatkan suami yang begitu sangat memahami segala kekuranganku. Begitupun mertuaku, aku bahagia mereka yang aku tau walaupun pasti ada kecewa tapi mampu membuatku merasa di tempat yang nyaman. Tapi tentu saja tidak dengan keluarga besar, aku yakin mereka baik. Aku yakin mereka tidak ada maksud apapun untuk menyudutkan aku, mereka hanya ingin berkenalan. Tapi aku takut. Aku punya ketakutan yang terlalu besar sepanjang hidup yang belum berhasil aku pecahkan. Aku tidak tahu harus apa, dan bersembunyi menjadi jalanku menyembunyikan ketakutan. Aku takut. Iya, aku setakut itu.

Percayalah, aku setakut itu pada orang dewasa.

Lihat saja, aku tidak punya kelompok pertemanan atau apalah itu namanya. Mereka semua berganti sesuai dengan keadaan, saya hanya mendekat pada mereka ketika keadaannya membuat seperti itu. Tapi aku tidak punya siapapun. Aku sadar, aku tidak asyik. Tidak akan bisa mereka tertawa lepas dengan kehadiranku, yang ada semuanya akan kaku. Aku selalu membuat mereka tidak nyaman ketika ada aku di sekitar, ya aku tahu persis rasa itu. Jadi aku lebih memilih untuk bertindak sesuai keadaan. Tidak lebih. Karena hanya sebatas itu saja yang bisa aku lakukan, pintu ketakutan itu masih begitu besar.

Sesungguhnya aku tidak pernah merasa percaya diri, dalam banyak hal. Itu yang selalu kuresahkan pada suami, yang tentu saja selalu mengomeliku.

Aku bersyukur, sangat bersyukur diberikan suami yang seperti suamiku. Begitu kuat menghadapi dan menerima segala kekurangan dan psikologisku yang sesungguhnya sangat kacau. Aku tidak punya sosok manusia lain, selain suami. Selama ini aku hanya pandai berkicau dan menuliskan apapun lewat jari untuk dibaca orang tanpa memaksakan untuk memamerkan juga. Biarlah yang bertemu, bertemu dengan ketentuan alam semesta.

Lalu untuk apa tulisan ini aku buat? Tentu saja. Tentu saja karena aku benci sisi diriku yang ini. Sangat membenci dan lelah menangis sendiri.





________________________________________________

Nak, semoga tidak kau ambil keburukan bumamu yang ini. Buma akan berdoa khusus tentang ini. Rasanya begitu tidak enak.