Subscribe:

pulsa

Jumat, 06 Februari 2015

Kepada tetangga sementara

Hari ini, setelah berfikir cukup lama. Mencari bahan buat surat hari ini. Sampai di enam belas lebih dua puluh Waktu Indonesia Timur akhirnya muncul juga kamu sebagai tujuan surat ke-8 ku ini.

Kepada kamu tetangga sementaraku.
Aku tidak tau harus bagaimana memanggilmu. Mungkin kamu seorang anak SMA atau mungkin kamu seorang pekerja atau mungkin kamu hanya menikmati kopi di rumahmu saja. Aku tidak peduli bagaimana kamu. Pun ketika kamu hanya seorang anak sekolahan atau bahkan pengangguran.

Aku cuma mau mengatakan. Suaramu bagus. Aku suka.

Ya, aku cuma mengetahuimu dari suara. Kebetulan letak kamarku memang tidak jauh dari rumahmu. Dan sepertinya memang kamu senang untuk bernyanyi. Malam itu tepat sekali rasanya aku yang sedang tidak punya keinginan untuk apapun hanya terdiam mengutak-atik hp pemberian ini. Tidak ada yang menarik. Tanpa sms, tanpa telepon atau tanpa apapun yang bisa menaikkan kesenanganku malam itu. Singkatnya aku bosan.

Tapi waktu memang selalu ajaib. Tiba-tiba saja suaramu terdengar jelas di kedua telingaku. Bagus. Suaramu bagus. Aku suka. Kebetulan kamu tepat menyanyikan lagu dari band kesukaanku. Mungkin karena itu. Atau mungkin karena suaramu yang memang bagus.

Kamu tahu, semenjak hari itu aku sering menunggu dan menajamkan pendengaranku untuk bisa lagi mendengar suaramu. Aku tidak berharap bisa bertemu denganmu. Apalagi jika kamu anak sekolahan. Tentu saja aku akan malu. Jadi biarkan saja aku hanya menikmati suaramu.

Kepada kamu tetangga sementaraku. Mungkin tinggal beberapa hari aku menghuni kamarku saat ini. Padahal baru sekejap aku mendengar suaramu. Karena sebentar lagi aku akan angkat kaki dari tempat itu. Ah, kamu tidak akan mungkin peduli tentang ini. Terang saja, aku tidak tau kamu; kamupun tidak tau aku. Tapi aku tau suaramu. Suaramu bagus. Aku suka.

Terimakasih untuk lagu yang kau dendangkan beberapa kali. Kadang jelas , kadang hanya sekilas. Aku tetap suka suaramu. Nyanyikan saja. Setidaknya sampai hari aku tidak lagi jadi tetanggamu. Sampai hari itu tiba. Menyanyilah, mungkin di rumah baru nanti. Aku akan rindu. Rindu pada suaramu. Itu saja.


*semoga surat ini tidak benar-benar sampai pada kamu*

Fakfak, 6 februari 2015
@dede_crh

Hari ke-8
#30HariMenulisSuratCinta

@PosCinta
@MungareMike