Subscribe:

pulsa

Rabu, 02 Desember 2015

Dua desember

Selamat tanggal 2 desember! Selamat satu tahun jadi anak kota pala. Setahun yang lalu, setelah ngedapruk di prov beberapa minggu. Tepat tanggal 1 setelah upacara hari korpri kami bertiga "ngejar" bos yang (akhirnya) datang dari perjalanan dinas beliau buat nyari kejelasan kapan kami bisa menuju kabupaten. Dari pagi sampai akhirnya sore limit jam pulang kantor bisa juga bertemu. Singkat cerita saat itu juga kami diminta untuk segera ke kabupaten, besok. Tanpa protes atau apapun itu karena sadar udah memang tanggungjawab kudu ke kab, sambil menunggu surat untuk dibawa ke kab. Angkat telpon minta ibu mencarikan tiket ke fakfak. Listra pun, segera menghubungi bapaknya untuk dicarikan kendaraan. Saat itu juga! Haha. Entah apa yang ada dipikiran beliau-beliau. anaknya pagi ijinnya masuk kantor. Jam pulang minta dicariin tiket buat penempatan. xD Setelah pamit sana. Pamit sini. Foto-foto bentar bertiga. Pulang nyampe rumah langsung sibuk nyari koper, nyetrika baju, sms ngasih kabar dadakan ke kak via, pamit di keluarga manokwari (yang pada kaget :p). Besoknya cusss fakfak. Rada-rada sedeng kalau diinget, mau penempatan kayak mau kerumah temen. >.< And then, disini saya. Tepat setahun. Dengan orang-orang kantor yang menyenangkan, bapak-bapak dan ibu yang lucu dan rame, kakak-kakak yang baik hati, dan mbak-mbak rajin masak yang selalu mau berbaik hati ane numpang ke rumahnya kalau kelaperan. Hahaha. Buat adek-adek yang belum penempatan. Jangan takut masuk kabupaten karena di kabupaten itu seru, yaaaa paling kena bumbu jadi sering merindu karena harga tiket dan uang didompet yang selalu beradu. Apalagi jadwal yang melaju, suka gak tau lagi apa itu sabtu minggu. :v

Setahun ajaib. Diluar kantor dengan kebiasaan lama, berawal dari modal nekat dan sksd di medsos sampe dapat bonus buanyak kenalan kece baru. Dari yang memang anak-anak muda fakfak luar biasa sampe pengajar muda dan dokter muda dari luar fakfak yang membuat rasa merantau makin seru. Dalam setahun empat kegiatan dijabanin, salah satu kena jebakan betmen didapuk jadi koordinator utama. Dapat teman-teman baru dengan berbagai profesi, berbagai pengalaman, berbagai keahlian, lengkap! Bukan hanya yang seumuran atau lebih senior, dapet juga adek-adek baru. Yang ga kalah kece, yang kemampuannya juga ga kalah dari kakak-kakaknya. kalau dihitung target one week one new friend Alhamdulillah masih bisa diturutin. Semoga tetep Istiqomah ya ndul. xD walaupun beberapa kali saya suka (sering) ngeluh, dan mungkin saja masih (tetap) ngeluh. :p nge-review semua yang udah terjadi selama setahun ini lumayan ampuh buat jedot-jedotin kepala sambil tereak hey, you're lucky kid!! Ya, tentu saja saya tetap ingin pulang. Tempat paling nyaman ya dirumah sendiri. Tapi setahun sekali mencatat apa yang sudah terjadi mungkin akan jadi kebiasaan dan pelajaran yang baik buat diri. :D jadi ada keajaiban apa lagi nanti? selamat 2 desember!

Senin, 09 November 2015

Did you know apa yang membuatmu selalu merasa berat dan tidak mendapat hal maksimal as you wish? Jawabannya karena kamu melakukannya tanpa cinta, tidak seperti most of your friends.. With love they get all the things.. Semua hal yang kamu "iri"kan.. Hatimu sudah hitam.. Oh God, forgive me.. 

Routine

Ada yang salah, ketika yang kamu lewati hanya "menolak" untuk bangun pagi, berjalan ke kantor, sibuk kerja sampai tau-tau siang sudah datang, bertanya "makan dimana?", kemudian sibuk kembali dengan pekerjaan sampai malam tiba datang dan kembali bertanya "makan malam dimana?" lalu pulang sedikit menonton acara televisi dan masuk kamar mematikan lampu dan tidur hingga pagi datang kembali dan pola yang sama akan terjadi. Ada yang salah. Dan yang salah ada pada dirimu. Menjadi dewasa memusingkan.

Minggu, 01 November 2015

K(otak) kosong

Karena kamu telah salah memanfaatkan media sosial.. Dunia maya yang membuat banyak hal semakin abu-abu.. Kamu tau nak, semakin kamu mencari pembelaan semakin terlihat ketidakdewasaanmu.. Semakin terlihat kesendirianmu.. Semakin terlihat ketidakbisaanmu.. Terlalu sibuk berkomentar.. Terlalu sibuk memikirkan apa yang harus dituliskan.. Media sosial menjauhkanmu dari Tuhanmu.. Menangislah nak.. Menangislah, karena disaat kamu mengerti dengan sebuah kesalahan disaat itu juga kamu seperti kehilangan pegangan.. Mungkin Tuhan yang pencemburu menegurmu.. Mungkin Tuhan yang begitu sayang padamu merindukanmu.. Kamu yang memilikiNya jauh lebih dekat dari apapun.. Bersujudlah nak.. Ceritakan semua padaNya.. Mintakan apapun padaNya.. Bebaskan semua beban yang ada dalam kepalamu pada sepertiga malamNya.. Nak, tidakkah kamu merindu Dia yang selalu ada disampingmu? Lalu, kebohongan apa lagi kali ini?

Sabtu, 31 Oktober 2015

No more complain

Yang harus kamu lakukan sekarang adalah berhenti mengeluh. Memang benar kamu tidak menyukai ini, memang benar kamu pun berhak memilih. Tapi untuk saat ini sudah ada yang mengatur jalanmu, saat ini ada yang benar-benar tau hal terbaik untuk kamu. Berhenti mengeluh, berhenti menyombongkan hatimu.

Selasa, 20 Oktober 2015

Lelalilulo

Berbagai cara mengungkap sebuah syukur sering membuatmu gencar mencari titik-titik untuk mengeluh. Lelah.

Minggu, 18 Oktober 2015

Suram yang seram

Beberapa hari ini fakfak tertutup kabut, tak hanya fakfak. Karena kabut seperti memanggil semua kawannya untuk hadir di nusantara. Mungkin saat ini, Tuhan yang adil sedang mengadili umatnya dengan adil. Semuanya ditutup, keindahan alam ciptaannya yang dirusak tangan-tangan buta ditutup olehNya. Semudah lilin ulangtahun yang ditiup anak umur 5 tahun. Fuh. Gelap. Semuanya. Tuhan, maafkan kami. 

Minggu malam

Sering kali saya menyesal atas apa yang keluar dari mulut saya.. Terlalu bersemangat, walaupun diakhirnya saya sadar.. Saya menyebalkan, sejak dulu.. Menyebalkannya ini selalu berulang.. Kaku yang menyebalkan, angkuh yang menyebalkan, sifat yang menyebalkan. Mungkin kalian bisa memanggilku si menyebalkan. Karena kadang aku pun sebal dan aku begitu sering menyesal. 

Minggu, 30 Agustus 2015

senin tak pernah semenyenangkan ini

Baru kemarin aku bertanya
tentang bagaimana mengatasi rindu?
dan seseorang berkata
Do'a
Do'akan saja
Semuanya akan kembali baik-baik saja

Senin ini menjadi kaki-kaki
penjawab rindu yang dijembatani oleh do'a
kaki ini akan kembali menjejakkan diri
Dalam langkah-langkah yang rindu dengan tanah lahir

Do'a telah menuntut jalan kali ini

Kamis, 27 Agustus 2015

harusnya fleksibel, harusnya semuanya bisa diatur, harusnya santai saja, tapi bawaan sifat yang terlalu kaku, bawaan diri yang menganggap semuanya harus teratur, bawaan orok juga mungkin yang berharap semuanya harus punya kejelasan.. akibatnya? pusing sendiri.. lelah sendiri.. mikir sendiri.. kepikiran dan lebih sering berakhir dengan perasaan bersalah.. unsure emoticon

Senin, 29 Juni 2015

kita kutub magnet yang senama

konon katanya rindu mempunyai banyak cara mencipta temu
entah muncul di depan pintu
atau sekedar terlihat di mata yang sedang tertutup
tapi ceritanya berbeda ketika rindu berada di antara kita
satu langkah mendekat
memundurkan langkahmu bahkan lebih dari selangkah
rindu tak pernah mencipta temu
semenjak saat itu
kutub kita saat ini telah senama
tak ada cara lagi buat saling sapa
tolak menolak
paling benar
mundur saja

Jumat, 26 Juni 2015

Magic

Berbicara tentang waktu adalah berbicara tentang keajaiban. Menarik dan tidak akan pernah habis untuk diobrolkan. Lebih panjang dari berbicara tentang cinta, yang konon katanya mempunyai arti sejuta. Waktu dan misterinya menjadi hal menarik yang seharusnya disadari sejak lama. Tapi ya sudah, sadar atau tidak waktu akan tetap berlari. Berlari dengan misterinya. Berlari dengan membawa keajaiban pada dirinya. Ikuti saja kakimu, ikuti saja hatimu. Waktu akan menciptakan banyak keajaiban. Seiring dengan langkah kakimu. Seiring dengan pilihan hatimu. :)

Kamis, 18 Juni 2015

A letter for you

Assalamu’alaykum wr. wb..

Salam..

Hai, Ibu Guru Yeni, Ibu Guru Lidya, Ibu Guru Cahaya, Ibu Guru Nia, Bapa Guru Pascal, Bapa Guru Angga, Bapa Guru Dwi, Bapa Guru Fadli. Bapa dan Ibu guru kesayangan murid-muridnya. Tidak ada maksud menulis surat panjang ini selain ingin berbagi cerita.

Bagaimana rasanya dipanggil Ibu? Ibu guru? Bapa? Bapa guru? Pasti menyenangkan sekali, bisa bertemu dan bercerita banyak hal di antara anak-anak. Mengajar dan bersenang-senang, bermain, tertawa. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari bertemu anak-anak dan mengajar. Setiap hari akan teringat betul dengan setiap tingkah lucu murid-murid kalian, yang pendiam, yang hiperaktif, yang pemalu, yang pemberani dan segala macam sifat yang melekat secara alami pada diri mereka. Diri-diri polos yang belum tersentuh berbagai permasalahan yang memusingkan, kadang membuat penat. Jiwa-jiwa yang lebih memilih untuk selalu mengikuti kemana kaki mereka melangkah, kemana hati mereka membawa. Anak-anak tetap saja anak-anak, senakal apapun mereka tetap saja mereka adalah jiwa-jiwa yang tidak bisa berhenti memberikan sebuah kenyamanan, ketenangan dan kebahagiaan. Senyum mereka menjadi obat mujarab dalam menghadapai kepenatan hidup akan rutinitas.

Ah, ya maaf saya langsung saja berceloteh panjang lebar tanpa memperkenalkan diri. Mungkin setelah membaca ini, kalian akan mencari tau yang mana sih dede? rajin banget ngerjain orang dengan nulis surat sepanjang ini. Haha. Maafkan saya. Perkenalkan nama saya dede, sebenarnya nama asli saya citra rizky handayani tapi keluarga dan banyak teman saya lebih senang memanggil dede dengan pelafalan sesuka mereka tapi tidak masalah juga kalau dipanggil citra. Orangtua saya mempunyai darah Jawa itu berarti saya pun secara tidak langsung teraliri itu. Tapi, saya lebih suka mengatakan kalau saya anak Papua. Dilahirkan, dibesarkan, dan disekolahkan sejak SD sampai SMA di kabupaten Manokwari membawa jiwa saya jauh mencintai tanah yang hebat ini. Papua. Tidak peduli kulit saya putih, pun tidak masalah dengan rambut saya yang lurus. Tetap saja, Aku Papua. Saya yakin, kawan-kawan lain pun banyak yang seperti saya. Mencintai tanah cendrawasih ini dengan hati yang benar-benar tulus. Meski kadang stempel “pendatang” masih sering menempel di diri kami. Tapi saya pribadi tidak peduli soal itu, karena yang saya tau kampung halaman saya ya disini di papua. J Saya jadi ngelantur gini. Kembali saja lagi. Diantara kita ada yang seumuran tapi ada juga yang lebih senior (read: takut ngomong tua :p) dari saya. Jadi sebelumnya mohon maaf kalau suratnya sedikit tidak sopan sebagai junior. Hehe..

Sejujurnya saya bingung memulai surat ini dari mana (padahal sudah 3 paragraf :p), terlalu banyak yang ingin saya sampaikan. Tapi mungkin saya akan mulai (kembali) dari pertama kali bertemu kalian. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya adalah anak Manokwari salah satu kabupaten di Papua Barat yang saat ini menjadi ibu kota provinsi. Singkat cerita setelah menempuh pendidikan dan magang sebentar di Ibukota Negeri ini, saya pun harus menempuh konsekuensi ikatan dinas untuk mau ditempatkan dimanapun. Datanglah saya ke kota pala ini, Fakfak. Tepat di tanggal 2 Desember 2015. Agak berat memang, karena harus meninggalkan orangtua lagi. Seperti yang kalian tau, walaupun berada dalam satu provinsi jarak antar kabupaten di Papua tidak bisa ditempuh semudah di dataran jawa. Butuh waktu dan ya tentu saja biaya yang lebih.  Merantau lagi, akhirnya itu yang saya lakukan sekarang. Di kota ini, kota yang sebelumnya tidak pernah terbayang akan menjadi tempat saya mencari rezeki dengan bonus banyak kawan dan saudara baru. Fakfak.

Satu-dua bulan pertama saya habiskan dengan rutinitas yang membosankan, berhubung belum memiliki rumah sendiri saya pun harus mau menumpang di rumah salah satu keluarga di kota ini. Sebagai “orang numpang” tidak etis rasanya kalau saya sering keluar rumah. Makanya bersabar menjadi pilihan waktu itu, walaupun sebenarnya keinginan “mencari” begitu besar. Sejak berhasil mewujudkan keinginan saya untuk kuliah di luar Papua. Keinginan saya untuk mencari banyak hal baru meningkat begitu saja. Dunia luar yang terlihat baru dan sangat besar dimata saya, anak papua yang sejak kecil lingkungannya tertutup dalam lingkup itu dan itu saja. Membawa saya terlalu bersemangat mencari dan mencari terus, akhirnya mengenal dan bertemu banyak orang hebat di ibukota yang menjadi tujuan banyak orang di negeri ini. Membawa saya menerima begitu banyak pelajaran. Merantau memang sebuah cara mencari lebih banyak keajaiban. Dari situ juga saya memulai ritual pencarian saya disini. Saya mengawali dengan meminta tolong pada kenalan saya salah satu dari sekian banyak anak Papua yang menjadi inspirasi bagi saya kak dayu rifanto pendiri gerakan buku untuk papua yang pergerakannya sangat menakjubkan untuk dicarikan kawan dikota ini, dikenalkanlah saya dengan kak imanuel tepat di tanggal 7 februari 2015 melalui twitter (saya selalu mengawali pencarian banyak hal melalui media sosial dengan modal nekat). Perkenalan masih sebatas say hello, saya menunggu informasi selanjutnya seperti yang dijanjikan. Sampai pada akhirnya kesempatan untuk tinggal di rumah sendiri pun datang dan cerita sebenarnya pun dimulai. Tawaran untuk menghadiri pertemuan pun datang dari kak manu. Saya sedikit terlambat, ternyata pada bulan Januari baru saja ada perancangan kegiatan kelas inspirasi (waktu itu). Tapi tak masalah, mungkin memang bukan waktu yang tepat buat saya saat itu. Saya yang memang sangat suka berorganisasi kembali pada kebiasaan saya yang sok kenal sok akrab dan selalu nekat. Ketika tawaran dari kak manu datang, tidak peduli saat itu saya tidak tau dimana letak sanggar pramuka. Tidak peduli saat itu saya tidak mengenal satu pun orang, selain kak manu yang saya tau itupun hanya dari twitter. Tidak peduli apa yang saya hadapi disana, yang saya tau saat itu saya harus ikut. Singkat cerita, saya langsung mengiyakan. Walaupun sempat nyasar karena tukang ojek nya gak tau dimana itu sanggar pramuka. Haha.. Terlambat juga, karena pekerjaan kantor yang cukup banyak. Sesampai disana semua berjalan begitu saja, saya tidak “se-baru” yang saya bayangkan karena ternyata disana juga banyak yang “baru”. Perkenalan dan sok kenal saya, membawa saya pada sebuah keajaiban waktu yang lain. Saat itu saya tidak tau persis apa yang sedang dilakukan, apa yang sedang diomongkan. Semuanya masih abu-abu di kepala saya. Sangat abu-abu. Sampai saya mengiyakan saja untuk masuk tim MIN kayu merah dan mengikuti outbound (read: saat itu saya juga tidak punya bayangan dimana itu kayu merah?). Dengan gambaran kegiatan yang abu-abu, semuanya abu-abu. Saat itu saya hanya bermodal nekat dan keyakinan ini semua cuma masalah waktu. Bergabunglah saya.

Cerita keajaiban waktu, dimulai dari kegiatan outbound. Waktu yang dengan ajaib mempertemukan saya dengan kalian. Delapan pengajar muda. Salah satu dari banyak keinginan terbesar saya, menjadi pengajar muda. Saya begitu mencintai dunia mengajar, saya mencintai anak-anak, saya punya keinginan besar menjadi seorang guru, saya selalu merasa bahagia ketika bisa mengajar, saya kehilangan makna lelah ketika bisa mengajar. Tapi banyak hal yang tidak bisa diceritakan disini yang menghalangi saya untuk menjadi “Guru” dalam status. Kalian tau, apa yang pertama kali saya rasakan saat bertemu kalian? Saya iri. Sungguh rasa iri yang tiba-tiba muncul begitu saja. Saya cemburu sama kalian. Kalian yang bisa menjadi pengajar muda, dan kenapa saya tidak mendapat kesempatan itu? Untung saja itu tidak berlangsung lama, tidak lama karena semakin saya mengenal kalian saya menyadari satu hal. Mungkin saya memang tidak di “minta” untuk menjadi pengajar muda seperti kalian karena saya tidak semampu kalian memegang amanah itu dan Tuhan melalui waktu-Nya yang ajaib menunjukkan jalan lain yang harus saya lalui. Ada amanah lain yang harus saya pegang yang ternyata justru mempertemukan saya dengan kalian. Semuanya masih terasa ajaib, saya tidak pernah menyangka justru bisa berkawan dengan kalian. Delapan dari banyak orang pilihan. Di kota yang dibayangkan untuk ditinggali pun tidak pernah. Saya dan kalian mungkin memang tidak akrab, berkawan seadanya mungkin seperti itu kalau bisa diberi istilah. Tapi diberi kesempatan mengenal kalian itu sudah hal yang ajaib menurut saya.

Kalau kalian bertanya-tanya kemana arah tujuan surat ini, lupakan saja. Saya Cuma ingin menuliskan apa yang ada di kepala saya, mengalir begitu saja. Jika sampai saat ini kalian sudah mulai merasa bosan membacanya. Berhenti saja. Tidak masalah. J Tapi jika masih mempunyai waktu menanggapi tulisan saya yang kesana kemari ini. Mari saya lanjutkan, sedikit lagi.

Saya bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain. Cenderung jutek dan sedikit (dianggap) menyebalkan dalam berteman. Kurang suka ber-hahahihi, pun juga tergolong orang yang kurang pandai dalam berkawan. Saya hanya sebatas orang yang suka nekat. Itu sebabnya, saya tidak bisa cepat akrab. Seakrab yang lain. Walaupun ingin, jujur saja ingin sekali saya bisa duduk dan mendengar kalian bercerita tentang murid kalian. Mendengar kalian bercerita dengan ceria tentang uniknya anak didik kalian. Mendengar kebahagiaan kalian yang bisa diberi kesempatan mengajar di tempat yang mungkin kalian tidak pernah bayangkan sebelumnya. Mendengar perjuangan kalian hingga bisa menjadi pengajar muda. Mendengar banyak cerita menakjubkan dari kalian. Walaupun tentu saja ketika kalian menceritakan itu, saya mungkin akan iri. Tentu saja. Tapi jangan dipermasalahkan, saya memang seperti itu. J Saya tidak akan bertanya apapun, karena saya akan setia mendengar dan menyimak apapun cerita kalian. Sepanjang apapun. Tapi sayangnya waktu tidak mengijinkan itu. Dan saya pun tidak seberani itu untuk meminta kalian bercerita. Kalian sudah harus kembali bertemu keluarga yang sangat dirindukan, mengejar kembali cita-cita yang mungkin sempat tertunda. Waktu yang terlalu singkat bagi saya, walaupun sebenarnya kalian sudah lama. Mungkin salah saya juga yang tidak pernah bernyali untuk memulai bertanya. Lupakan saja. Diberi kesempatan untuk mengenal kalian saja sudah menjadi kebahagiaan tersendiri.

Kalian akan meninggalkan kota ini, dan diganti dengan mereka yang akan melanjutkan perjuangan kalian. Saya mungkin tidak berubah, akan tetap menyimpan iri pada mereka. Mereka yang tidak salah apa-apa. Haha.. Maafkan saya. Saya iri tidak berarti saya benci, saya cuma ingin kalian tau walaupun kalian memang mungkin sudah tau. Sebuah anugrah tersendiri bagi kalian yang diberi kesempatan seperti ini. Banyak orang lain seperti saya yang cemburu untuk itu. Untuk bagian ini tidak usah dipikirkan. Saya hanya terlalu mudah terbawa emosi pribadi. Haha.

Saya sebenarnya mau menutup surat ini, tapi tidak tau bagaimana harus menutupnya. Tapi harus ditutup karena ini semakin membosankan. Jika kalian menganggap surat ini berlebihan, tidak masalah. Karena saya memang terlalu sering bertindak berlebihan menurut beberapa kawan saya. :p Saya hanya susah mengungkapkan secara langsung. Terimakasih telah datang di kota ini. Terimakasih mau berkawan. Terimakasih untuk banyak pelajaran baru di waktu yang singkat. Maaf jika selama ini saya terlihat menyebalkan, seperti kak lidya yang selalu menegur tampang saya yang suka kehilangan senyum dan terlihat jutek. Saya memang seperti itu kak, bawaan orok udah default. Haha. :p Tapi hati saya gak jutek kok. :3 Terimakasih untuk sebuah pertemuan. Tidak usah khawatir tentang perpisahan, karena di setiap perpisahan akan ada pertemuan lain. Entah dengan kawan yang sama atau dengan lebih banyak kawan baru. Karena waktu tau persis kapan harus datang dengan segala keajaibannya. J Selamat berjuang ditempat lain. Terimakasih.

Fakfak,
Minggu, 15 Juni 2015

@dede_crh

Rabu, 13 Mei 2015

Rindu lagi

Aku tidak tau, butuh berapa banyak lagi kata untuk menggambarkan tentang rindu
Sekedar bercerita tentangmu mencipta rindu yang tak pernah malu menuju
Malam ini seorang kawan bertanya bagaimana jika kamu tidak merindu padaku?
Aku tidak memikirkan itu, aku tidak mau tau dan aku tidak perduli.
jika rindu memang mampu bertepuk sebelah tangan, aku akan berada di situ.
Rindu bagiku akan tetap menjadi rindu. Tanpa ragaku yang mampu bersua denganmu.
Tanpa kicau ku yang mampu terdengar di telingamu. Tanpa tawamu yang mampir kembali di telingaku.
Rindu akan tetap rindu. Tidak penting jika rindu tidak ada pada sisimu.

Selasa, 24 Februari 2015

Yang Selalu Mampir Pukul Satu Pagi

Sepasang mata dan bibir terkatup dalam lelap tidurmu ialah puisi yang selalu kubaca sebanyak keraguanmu akan kata-kataku yang terlanjur tumpah tentang usaha menjadi baik-baik saja.
Sementara hangat yang diam-diam kuhantarkan lewat peluk yang kucuri dari punggungmu selalu melahirkan pertanyaan yang sama; mengapa kita tak pernah lagi sama?
Kemudian pagi selalu menjadi perkara yang tak dapat ditunda, yang menerbitkan matahari di keningmu–penerang jalan menuju pulangmu yang tak sanggup kucegah sebab aku tak pernah terlahir sebagai rumah.
Terima kasih sudah mampir.

(2014)

-ANDI GUNAWAN-

sumber: https://ndigun.wordpress.com/2014/09/23/yang-selalu-mampir-pukul-satu-pagi/

senyum lagi boleh?

lelaki pemberi senyuman beberapa hari yang lalu, aku tidak mengenalmu. mungkin kamu pun begitu.
wajahmu terlihat samar tapi senyummu tidak begitu. terlihat jelas, dan menyenangkan.
oh iya, hai. aku belum sempat menyapamu tapi sudah mengoceh saja. sungguh bukan kebiasaan baik.
bagaimana kabarmu? apa dirimu sedang sibuk?

aku tidak tau bagaimana memulai surat ini dengan baik, atau bagaimana juga surat ini harus berakhir. aku hanya tiba-tiba teringat senyummu. senyum yang, ya aku suka. itu saja. sebatas itu.

lelaki bersenyum manis dalam pejam mataku. ijinkan aku mengharapkanmu untuk hadir lagi malam ini. jika boleh.

salam

fakfak,24 februari 2015

@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-26

@PosCinta @MungareMike

Senin, 23 Februari 2015

kepada kamu yang baru

Dear kamu yang baru,
Maaf kalau surat ini terdengar aneh. Kadang saya memang suka bertingkah aneh, mungkin lebih tepatnya kekanakan. Kita sudah berkenalan sebelumnya? Sepertinya belum ya. Bahkan mendatangimu pun belum pernah. Selama ini saya hanya sering memandangmu saja dari kejauhan yang tidak terlalu jauh sebenarnya. Sebabnya tentu saja karena padamu masih ada yang lama.


Bagaimana perasaanmu? Apa kamu siap menerima saya yang baru? Apa kamu sudah rela melepas dia yang akan berlalu? Atau kamu mau tau bagaimana perasaan saya? Ah, sejak awal mencarimu saya sudah bersemangat. Sangat. Tentu saja. Kehidupan baru yang saya bayangkan mungkin bisa segera tercapai ketika hidup bersamamu. Ketika hari itu semakin dekat. Kau tau hatiku semakin tidak jelas bertingkah. Mungkin ini perasaan bahagia? Anggap saja begitu. Semoga kamu tidak tertawa.


Hai kamu yang baru, saya berharap banyak padamu. Berharap mampu melakukan banyak hal dalam impian saya bersamamu. Tidak ada jaminan kita akan bersama untuk waktu yang lama, tapi paling tidak dalam setahun kedepan kita akan bersama. Itu sudah cukup untuk mewujudkan beberapa ingin saya. Semoga kamu tidak keberatan.

Hai kamu yang baru, sebagai penyambutan pertama apa yang perlu saya berikan padamu? Adakah sebuah permintaan? Semoga kamu tidak meminta macam-macam. Saya pun akan masuk padamu dengan sopan tentu saja. Semoga kamu berkenan.

Maaf atas surat ini, selamat menunggu kedatangan kami dalam 1 atau 2 hari lagi hai kamu rumah kontrakan baru. :))

Salam kenal dari calon penghuni baru. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik. Saya menjagamu. Kamu menjaga kami.

Salam.

Fakfak, 23 februari 2015
#30HariMenulisSuratCinta 
Hari ke-25

@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Minggu, 22 Februari 2015

Buat yang selalu kami datangi rumahnya

 Kepada bapak,ibu yang saya hormati.
Mohon maaf jika akhirnya saya putuskan menuliskan surat ini. Mohon maaf jika dalam surat ini terdapat kata-kata yang kurang menyenangkan. Saya menghormati bapak-ibu, sungguh. Karena itu saya memilih untuk menuliskan surat ini.

Bapak-Ibu, saya mengerti benar tugas yang diberikan pada kami kadang mengesalkan. Kami sering sekali datang dengan hal-hal yang kadang tidak dianggap penting oleh banyak orang, walaupun sebenarnya penting tentu saja. Kadang di antara kami datang di waktu yang kurang tepat, tapi percayalah kami sudah berusaha memanfaatkan waktu yang kami semaksimal mungkin. Tentu saja, karena bukan hanya satu atau dua rumah saja yang akan kami datangi.

Bapak-ibu yang saya hormati, tugas kami adalah mencari dan mengumpulkan data. Itulah kenapa ada kantor kami. Kantor yang sering dikenal dengan kantor statistik, lebih terkenal dari nama singkatannya BPS. Tugas kami salah satunya adalah mengumpulkan data, walaupun tentu saja lebih banyak pekerjaan lain disana.

Bapak-ibu yang saya hormati, saya sadar betul terkadang terasa kesal pada kami yang selalu bertanya dan bertanya tentang kehidupan dalam rumah tangga. Bukan, bukan karena kami ingin mencampuri urusan rumah tangga. Tapi karena ini tugas kami, sungguh. Tidakkah Bapak dan Ibu mengerti, betapa berartinya sebuah data. Terkadang kami menjadi pusat kesalahan ketika ketidak benaran data yang kami sampaikan ke umum. Saya mengakui, kami pun manusia tentu saja punya celah untuk sebuah ketidak sempurnaan. Tapi tolong juga percaya, banyak dari kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan data terbaru dan benar. Itulah kenapa kami selalu bersedia berlelah-lelah mendatangi rumah-rumah bapak-ibu. Teman-teman saya rela berjalan kaki mengunjungi semua rumah, perusahaan, naik turun medan yang sulit, dikejar anjing, diusir, atau banyak perlakuan lain yang tentu saja kadang kurang menyenangkan. Tapi, kami tetap berusaha melakukan pekerjaan kami dengan baik. Tidak dengan menebak-nebak. Tidak dengan berdasarkan khayalan kami saja. Kami selalu berusaha memotret dengan benar apa yang ada di lapangan.

Bapak-ibu yang saya hormati, terimakasih untuk penerimaan yang baik kepada kami. Kami tidak minta segelas air putih atau pelayanan apapun itu. Kami sudah sangat senang jika bapak-ibu mau menerima kami dengan baik, dan mau menjawab data yang kami minta dengan senyuman. Itu sudah lebih dari cukup menghilangkan kelelahan kami.

Bapak-ibu yang saya hormati, kami memang tidak bisa memberikan secara langsung hasil dari apa yang sudah kami kumpulkan dari bapak-ibu karena beliau-beliau pengambil kebijakan diataslah yang berhak mengambil keputusan. Tugas kami hanya mendata dengan baik, dengan benar dan tidak mengada-ada. Tanpa rekayasa. Kami rela berlelah-lelah untuk itu. Karena tentu saja itu tugas kami dan amanah kami ada pada tugas itu.

Bapak-ibu yang saya hormati, terimakasih telah menerima kami dengan sepenuh hati. Semoga apa yang menjadi tugas dan pekerjaan bapak-ibu maupun anak dan semua keluarga dilancarkan seperti bapak-ibu yang melancarkan tugas kami. Karena sesungguhnya mengumpulkan data di negeri ini tidak mudah. Mungkin bapak atau ibu yang pernah melakukan penelitian atau anak-anak bapak-ibu pernah merasakan ini. Karena itu setiap senyuman dan jawaban serta waktu yang diberikan bapak-ibu tidak membuat bapak-ibu bosan atas kedatangan kami. Kami berharap semakin banyak yang seperti bapak-ibu di negeri ini. Yang sadar atas pentingnya data.

Bapak-ibu yang saya hormati, yang mungkin merasa terganggu dengan kedatangan kami yang terus menerus sehingga enggan memberikan data yang kami minta. Saya mohon maaf sebesar-besarnya, maafkan kami jika kami sering mengganggu ketenangan keluarga maafkan kami jika membuat bapak-ibu kesal. Tapi kami hanya mempunyai satu amanah, mendapatkan data yang memang ada di lapangan dan tidak mengada-ngada. Maafkan kami yang tidak bisa memberikan imbalan langsung kepada bapak-ibu. Mudah-mudahan bapak-ibu bisa mengerti, kami melakukan ini karena ini tugas kami. Seperti tugas bapak mencari nafkah buat keluarga, seperti tugas ibu mendidik dan menjaga anak. Inilah kami, inilah tugas kami, inilah tanggung jawab kami, amanah kami. Semoga bapak-ibu bisa mengerti.

Terimakasih untuk kesabaran dan pengertiannya.

Salam hormat dari salah satu insan statistik yang masih akan terus datang untuk meminta data.


fakfak, 22 februari 2015

@dede_crh

#30harimenulissuratcinta
hari ke-24

@PosCinta @MungareMike

Sabtu, 21 Februari 2015

Pangeran khayalan berkacamata

Hai, Dharma!

Ah, akhirnya aku sempat juga menuliskan surat ini padamu. Apa kabar? Sedang apa dirimu sekarang? Bagaimana kabar gadis berjilbab kelincimu? Kalian baik-baik saja kan? Apa kamu masih suka membuat "bunny" mu pipinya bersemu malu? Kamu memang pandai merayu, walaupun tanpa madu. Itu yang membuatku suka.

Kapan terakhir kita "bertemu"? Beberapa menit yang lalu sebenarnya, aku baru saja melihatmu yang memesan secangkir coffee latte panas. Ceritanya jarak sedang iseng memisahkanmu dan bunny-mu. Tapi kalian tidak pernah menanggapi keisengan jarak, tetap saja bahagia. Itu juga yang membuatku suka.

Sindhu Dharma Wijaya.
Nama lengkapmu langsung menempel dikepala ketika pertama kali di "ucap"kan. Nama yang keren, aku suka. Walaupun aku yakin apapun namamu tetap saja aku suka. Haha. Aku aneh ya? :p Aku tidak ingat persis kapan mengenalmu, semua seperti berjalan begitu saja bertemu dengan kisah cinta lelaki abu-abu dan wanita berwarna jeruk itu membawaku pada sosokmu. Tidak sendiri tentu saja, banyak yang juga jatuh cinta padamu sejak pertama kali kemunculanmu. Entah magnet apa yang kamu bawa kemana-mana. Mungkin karena sosokmu yang tergambar begitu sempurna. Seperti sesosok pangeran khayalan dari cerita khayalan gadis-gadis ketika masih kanak-kanak dulu. Sosok yang terlalu susah ditemukan untuk bisa hadir di dunia nyata sekarang ini.

Dharma, kebanyakan gadis akan cemburu ketika lelaki nya dekat dengan sosok gadis lainnya. Tapi, sepertinya kali ini tidak berlaku padaku untuk kamu dan bunny mu. Aku justru senang melihat kisahmu yang selalu baik-baik saja. Lagi-lagi aku mungkin terjebak pada khayalan kisah sempurna dari putri dan pangeran. Sudahlah, tak usah pedulikan itu. Toh yang terpenting aku suka. Itu saja.

Hai, kamu yang pernah masuk dalam bunga tidur di salah satu malamku. Aku pernah menceritakan tentang itu di salah satu forum bersama penciptamu, dan tentu saja aku diketawakan. Aneh memang, Aku pun heran kenapa bisa terjadi, tapi buktinya memang terjadi. Bagaimana lagi. Terima saja. Toh ada untungnya, aku pulang dengan banyak merchandise karena menceritakan itu. Haha.

Lelaki berkacamata, aku sudahi saja surat ini ya. Karena sejujurnya aku pun bingung menceritakan apa lagi. Kasian kamu, kasian penciptamu yang mungkin saat ini sedang membaca dan tertawa. - Hai mas Sweta-. Surat ini hanya ingin menceritakan satu hal. Tentang aku yang rindu pada kamu, sosok dua dimensi hitam putih yang tergambar rapi dari tangan penulismu. Siapa tahu surat ini akan membuatmu tiba-tiba hadir di bunga tidurku malam ini. ;)

Semoga kamu baik-baik saja dimanapun berada, entah sedang sendiri atau bersama gadis berjilbab kelincimu. Tetap menjadi sosok pangeran khayalan, karena tidak perlu nyata jika mampu membuat bahagia. Semoga saja saya tidak dianggap gila. ;p

salam,
gadis berjilbab tanpa telinga kelinci yang pernah memimpikanmu.

Untuk Sindhu Dharma Wijaya, tokoh fiksi dalam komik "Grey dan Jingga" dari Sweta Kartika.

fakfak, 21 Februari 2015

@dede_crh

cc: @SwetaKartika

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-23

@PosCinta @MungareMike

Jumat, 20 Februari 2015

Surat ijin bukan cinta

Kang pos,
Surat ini hanya akan berisi permintaan maaf.
Pekerjaan kantor hari ini sungguh padat sekali. Bahkan surat ini dibuat di ujung deadline waktu pengiriman. Dan akan berakhir disini juga.
Mohon ijin untuk tidak menuliskan surat (cinta) hari ini. Walaupun hari ini tetap saja aku mencinta.
Dengan surat ini, semoga ijin saya terhitung resmi.

Terimakasih kang pos.

Salam.

Fakfak, 20 februari 2015
#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke 22

@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Kamis, 19 Februari 2015

Dear, bosse.

Hai bosse yang ganteng? Atau cantik?

Aku mau nyanyi dulu "kuterima suratmu dan kubaca dan aku mengerti~~~"

Bosse, aku sudah baca suratmu. Sebenarnya aku berniat mau menuliskan surat untuk bosse dan kang pos tersayang sebelum kamu menuliskan surat untuk aku dan kami. Tapi, ternyata 20 hari berlalu dengan banyak tujuan dan tanpa alamat bosse. Jangan marah ya bosse, aku akan berusaha menuliskan nanti. :)

Bosse, dua puluh hari cepat ya ternyata. Awalnya terpikir akan terasa lama dan sulit, eh ternyata tidak terlalu sulit dilewati. Kayaknya sih karena cinta bosse yang bikin semangat. :p eh, surat ini kan buat ngebales surat bosse ya. Maaf ya bosse jadi kesana kemari. Oke, langsung saja sekarang saya jawab.
Bosse, sejujur dan seingin-inginnya aku pengen banget ikut gathering. Apalagi ini tahun pertama kenal sama bosse dan kang pos yang kece-kece. Tapi bosse, jarak memang sialan ya. Huh. Selalu saja jadi alasan basi tentang pertemuan. Sepertinya jarak memang sengaja membuat masalah. Menyebalkan memang. Tapi itu kenyataan. Bosse, aku tidak bisa menghadiri gathering itu walaupun ingin tentu saja. Saat ini, aku ada di pulau paling timur Indonesia. Pulau yang terkenal dengan eksotisme alamnya. Kau tau bosse, disini indah banget! Pasti seru kalau saja gathering bisa diadakan di pulau cendrawasih ini. Bosse pernah kesini? Atau kang pos? Kalau saya bilang pulau cendrawasih, mudah-mudahan bosse tidak hanya mengingat raja ampat ya. Hehe. Soalnya aku memang tidak di tempat itu. Aku di kota yang sering di sebut kota pala. Kota fakfak.

Bosse, aku mau cerita sedikit tentang kota ini. Kali saja nanti bosse dan kang pos berminat untuk datang ke kotaku. Kota fakfak adalah salah satu kota di bagian "kaki" cendrawasih kalau bosse liat di peta Indonesia bosse bisa lihat di bagian bawah pulau irian yang terlihat seperti dua jari (atau kaki?), terserah deh apa yang bosse perhatikan. Kota ini terkenal dengan kota pala, karena pohon pala yang sangat banyak. Pala disini bisa dimakan begitu saja, dibuat manisan juga dijadikan sirup. Bosse harus nyoba. Disini bosse sulit menerapkan "bike to work", bukan karena orangnya pemalas tapi karena struktur tanah yang tidak memungkinkan untuk naik sepeda. Iya, disini jalannya naik dan turun semuanya. Susah sekali nemuin jalan yang benar-benar lurus. Ada belokan langsung tanjakan, setelah belokan langsung turunan. Disini pengusaha sepeda gak bakal laku. Haha.

Oh iya bosse, karena wilayahnya yang naik turun dan berada di tepian pulau seperti ini, kota ini dari tempat manapun yang dilihat adalah laut dan laut dan laut. Laut dan perahu serta kawan-kawannya sudah jadi pemandangan sehari-hari. Keluar rumah lihat laut, ke sekolah lihat laut, ke kantor lihat laut, ke pasar pun lihat laut, apalagi ke pantai. Haha. Kebayang kan asyiknya? Bagaimana, apa bosse sudah mulai tertarik buat kesini? :p satu lagi bosse, kota fakfak ini dikenal dengan durian fakfaknya yang super enak. Katanya, soalnya aku tidak suka sama durian jadi hanya bisa mengatakan katanya. Haha.

Bosse, maaf ya kalau surat balasan untuk bosse malah kemana-mana. Soalnya aku kesal tidak bisa ikut gathering dan ketemu dengan bosse. :( padahal bisa ketemu dengan kang pos yang bikin penasaran banget. Tapi apa daya. Long distance relationship, itu kali yang sedang aku alamin sekarang. Jadi, aku lebih memilih untuk mengenalkan kotaku pada bosse. Dengan harapan suatu saat, gathering bisa dilakukan disini. Semoga saja. Aamiin.

Bosse, sudah dulu ya. Aku mau nitip salam buat kang pos yang kece-kece sekece bosse. Kalau bosse berkenan gathering nanti tolong live twit dong. Biar aku disini pun bisa ikut merasakan kesenangannya. oke bosse? :))

Salam sayang.

@dede_crh
Fakfak, 19 februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-21

"One day one letter"

@PosCinta @MungareMike

Rabu, 18 Februari 2015

Surat ini untuk kamu

Hai..
Salam kenal..
Iya salam kenal buat kamu yang entah sengaja, tidak sengaja atau mungkin terpaksa akhirnya bisa sampai di surat kali ini.
Sembari menunggu surat dari bosse @PosCinta yang katanya mau dikirimkan hari ini, akhirnya saya putuskan menulis surat cinta ini untuk kamu.

Keren ya bosse dan kang pos ini, bener-bener bisa "menyatukan" dua insan yang tidak saling kenal.
Bisa jadi akan saling mengagumi, atau dengan tingkatan yang lebih jauh. Kamu pernah mengalami itu tidak?
Saya sering, sering merasa ada di dalam cerita surat-surat lain. Seperti menonton FTV saja terkadang.
Ada yang romantis, sedih, mengharukan, kadang menyebalkan. Haha. Mungkin surat kamu salah satunya. :))

Hai kamu.
Kamu yang lagi membaca surat ini.
Saya tidak bisa menebak-nebak sih apa kamu juga membaca surat saya yang lain?
Saya pun jarang menelusuri semua surat yang dikirim-kirimin kang pos secara menyeluruh soalnya. Hihi. Tapi gapapa, pernah atau tidak kamu mampir ke suratku yang lain. Tetap saja, surat ini datang buat kamu.
Iya, kamu yang membaca ini.
Terimakasih, terimakasih sudah mau menggerakan jarinya untuk terus membaca surat ini atau mungkin surat lain di blog saya. Terimakasih sudah mau mengunjungi. Terimakasih sudah membuat view blog saya yang dulu seadanya sekarang cukup meningkat. Terimakasih.

Bagaimana kalau kita berkenalan? Kamu dan aku? Setuju?

Fakfak, 18 februari 2015

@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-20

@posCinta @MungareMike

Selasa, 17 Februari 2015

Tiga delapan

Selamat 38!

Saya bertemu denganmu pertama kali empat atau lima tahun yang lalu, ketika umurmu masih 33.
Tidak disengaja awalnya.
Bahagia diperjalanannya.
Kemudian, sederet angka kamu sematkan.
Bersama dua belas lainnya.
Sebuah kisah baru siap dituliskan.

Lima dari tiga puluh delapan tahun, bukan hal yang layak sebenarnya untuk menggambarkan bagaimana dirimu.
Tapi tak masalah bukan, jika saya yang terlahir dari kamu akan membanggakanmu depan mereka.
Anggap saja sebuah rasa terimakasih.
Tidak perlu protes, terima saja.
Lima tahun yang hebat, lima tahun yang bercerita. Lima tahun yang berwarna.

Saya akan bercerita dengan bangga tentangmu.
Tentang gagahnya dirimu.
Tentang garangnya tekadmu.
Tentang lembutnya hatimu.
Tentang bijaknya tatapmu.
Tentang hangatnya dekapmu.

Hai kamu yang berumur tiga puluh delapan!
Berapa banyak yang sudah kamu temui?
Berapa macam yang sudah kau datangi?
Berapa jauh yang sudah kau jajaki?
Berapa rindu yang sudah kau cumbui?

Pandai meramu.
Kenangan-kenangan.
Kesayangan-kesayangan.
Pembuat rindu, pencipta candu.

Hai kamu.
Rentangkan terus sayapmu.
Rengkuh dan dekap kami dibawahmu.
Terbang dan kepakkan terus setinggi citamu.
Semoga kami selalu bisa menjagamu.
Sekuat kamu yang selalu menjaga kami.
Biarkan kami bertambah, jangan tinggalkan kami ketika lelah.
Biarkan dirimu bertumbuh, jangan biarkan jatuh karena rapuh.

Dari kesayangan, untuk kesayangan.
Selamat 38 kesayangan!

Salam. 09.77138

Fakfak, 17 februari 2015

Dari @dede_crh
Buat @GPACheby_STIS

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-19

@PosCinta @MungareMike

Senin, 16 Februari 2015

Bukan surat untuk kamu

Bagaimana kalau aku kembali merindu?
Bagaimana kalau aku hendak mencumbu?
Bagaimana jika cemburu?
Bagaimana jika memelukmu aku mau?
Bagaimana jika aku mau aromamu?
Bagaimana jika aku butuh bahumu?

Ah, surat ini toh tidak akan sampai padamu. Percuma saja aku bertanya banyak padamu. Tak akan pernah ada balasan, apalagi jawaban.

Abaikan surat ini. Abaikan juga aku. Tak peduli kau yang tak ubahnya candu. Virusmu membatu. Lupakan saja.

Fakfak, 16 februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-18

@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Minggu, 15 Februari 2015

YBOP

Hari ini dapat kabar yang mengejutkan dari timeline facebook. Ternyata saya ketinggalan berita tentangmu dek. Sedikit mengejutkan dan sedih sebenarnya. Tapi, sepertinya memang ini hal terbaik buat kamu.

Oh iya, hai dek. Bagaimana sekarang? Sudah sampai malaysia kah? Pastinya ya. Bagaimana rasanya pergi sendiri? Siapa yang menjemputmu? Dimana kamu tinggal disana? Sekolah apa yang akan kamu masuki? Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah siap bertemu teman baru?

Ah, maaf terlalu banyak pertanyaan untukmu. Padahal mungkin kamu masih lelah setelah perjalanan yang cukup panjang. Saya hanya terlalu kaget mendengar berita hari ini. Iya, berita tentang niatmu untuk pindah sekolah ke negeri jiran. Demi cita-citamu. Meneruskan dan menyeriuskan karirmu. Mungkin saya yang tidak terlalu rutin memperhatikan semua berita tentangmu, tentu saja karena saya pun punya kesibukan sama sepertimu yang juga sibuk akhir-akhir ini.

Dek, sebenarnya tidak menyangka kalau kamu akhirnya mengambil keputusan untuk pindah sekolah. Dulu kamu enggan untuk pindah ke Jakarta karena kecintaanmu pada kota kelahiranmu. Tapi mungkin pertimbangan lain membuatmu akhirnya memutuskan untuk mengambil keputusan ini. Tak perlu khawatir, kami (saya) tidak akan mengekang keputusanmu itu sepenuhnya ada di tanganmu. Menentukan dan mengejar asamu. Saya disini tentu saja akan terus mendukungmu.

Dek, kapan terakhir bertemu denganmu? Oh iya, aku ingat waktu itu agustus 2013. Ketika akhirnya kami yang kau beri sebutan d'bieterz bertemu kembali untuk jarak waktu yang cukup lama. Saat itu, kamu sudah banyak berubah menjadi lebih mudah bicara dan diajak bercanda. Semuanya sungguh menggembirakan, terutama karena senyummu yang membuat cinta tidak pernah mau berubah.

Dek, teringat betul terakhir bertemu denganmu waktu itu. Saya yang baru saja menyelesaikan seminar skripsi saya yang hanya berselang berapa hari dari acara itu, nekat saja pergi sendiri menuju kotamu. Itu pertama kali pergi ke kotamu sendirian. Pertama kalinya juga pergi tanpa ijin dari orangtua, tentu saja karena khawatir tidak diijinkan. Bagaimana tidak, saat itu empat tahun kuliah sedang dipertaruhkan. Tentu saja Beliau yang berada di pulau cenderawasih akan khawatir. Tapi tenang saja, setelah sampai di kotamu tentu saja orangtua diberitahui. Ya setelah sampai di kotamu. Mereka mengetahui saya yang begitu menyayangimu, tentu saja mereka memberi ijin pada saya. Kalau kamu bertanya kenapa saya nekat? Jawabanya karena saya cuma tidak mau melewatkan kesempatan untuk bisa melihat senyummu lagi. :)

Dek, ada momen yang paling teringat waktu itu. Malam hari. Pertama kalinya kamu memanggil nama saya langsung depan saya, "mbak dede" begitu katamu. Kau tau dek, mungkin ini berlebihan. Tapi itu sangat berkesan, bahkan momen itu tertulis di blog ini. Cari saja kalau sempat. ;) kalau pun tidak, tak mengapa. Tidak terlalu penting juga untuk kamu, walaupun penting untuk saya. Tentu saja.

Dek, perjalanan dan perjuanganmu cukup panjang. Tidakkah ini melelahkan? Ah pasti iya, tapi saya tau. Kamu tidak akan menyerah karena alasan lelah. Mimpimu, citamu, inginmu bersanding dengan kakimu yang terus berjalan. Saya yakin benar.

Dek, tidak lagi saya mau ceritakan bagaimana rasanya setiap pertemuan denganmu begitu berkesan. Terlalu panjang surat ini nantinya. Saat ini saja mungkin kamu telah bosan. Jadi cukup saja surat (cinta) ini saya tuliskan.

Oh iya, satu lagi. Sekarang saya sudah berada di pulau paling timur Indonesia. Kembali ke tempat kelahiran. Ah, mungkin kamu tidak tahu. Bahkan mengingat siapa yang kamu panggil "mbak dede" pun suatu keberuntungan buat saya. Tidak mengapa, seperti isi suratku di atas. Saya sudah sangat bahagia ketika tetap bisa melihat senyum tulus tersungging dari kamu. Lebih dari cukup.

Diakhir surat ini, mohon terima maaf dari saya yang dilanda rindu ini. Menuliskan surat yang mungkin saja tidak kamu baca. Atau mungkin kamu baca dengan entah berekspresi seperti apa. Terserah saja. Saya cuma percaya rindu harus tersampaikan, itu kenapa surat ini tertulis dan terkirimkan.

Sukses dengan kehidupan baru di negeri tetangga, jaga kesehatan, jangan lelah berjuang, banggakan orangtua dan keluarga. Kami disini, yang tersebar di seluruh negeri kepulauan ini akan tetap mendukung apapun keputusanmu. Seperti lagu yang kau dendangkan.
"Butuh pengorbanan, tuk dapatkan impian"

Ya, berkorbanlah. Berkorban untuk impianmu. Do'a akan terus ada di sekelilingmu. Percayalah YB obiet panggrahito. :)

Salam rindu, salam sayang.

Dari "Mbak dede"
d'bieterz jakarta+manokwari+fakfak :p
Untuk kesayangan @obiet_lagilagi @forObiet @info_dbieterz

Fakfak, 15 februari 2015
@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-17

@PosCinta @MungareMike

Sabtu, 14 Februari 2015

just say, just it!

"Hai kang pos tersayang, tolong jangan sampaikan surat ini pada yang bersangkutan."

Apa kabar kak? Aku masih saja sibuk mencari namamu di mesin pencari dunia maya. Aku juga masih saja sibuk membuka halaman facebookmu tanpa mau menekan tombol "add as friend", karena aku memang tidak mau menganggapmu hanya sebagai teman. Aku juga masih tetap menggunakan namamu di banyak akunku, mungkin karena itu yang berhasil aku hafal benar. Hanya saja aku tidak menyimpan fotomu karena aku begitu takut ada yang melihatmu tersimpan di dompetku.

Kak, aku tidak tau kenapa akhirnya aku memberanikan diri menuliskan ini untuk kakak. Setelah selama ini aku hanya bisa mengelak dan menghindar ketika segalanya di sekitarku mulai mengarah padamu. Aku takut kak. Entah kenapa aku takut. Tapi aku rasa, tidak lagi.

Kak, apa kabarmu? Bagaimana pekerjaanmu? Sepertinya terlihat seru. Kau selalu menuliskan detil yang aku tidak mengerti sama sekali. Tapi aku rasa tidak butuh untuk mengerti, toh aku hanya senang mengamati. Sebatas itu. Masih sibuk dengan berita politik? Aku ternyata tidak sepenuhnya mengenal kakak, bahkan setelah lebih dari satu dekade. Aku baru tau kalau ternyata kakak juga mengikuti begitu intens tentang politik yang membosankan, itupun karena status di akun facebookmu. Sebelumnya aku berharap bisa mengetahui kabar keseharianmu, siapa kawanmu, dimana kau tinggal, dan sedikit foto terbaru dari facebookmu. Aku ingin tau keadaanmu. Tapi tak apa, aku cukup senang; sangat senang; ketika berhasil menemukanmu di beranda facebook. Setidaknya rindu saat itu menemukan obatnya.

Kak, kamu masih saja rajin. Pintar. Banyak orang yang senang padamu. Masih sama seperti beberapa tahun lalu waktu aku memperhatikan kamu tanpa kamu ketahui. Masih sama seperti kamu yang aku jatuh cintai pertama kali. Masih sama seperti kamu yang aku perhatikan untuk waktu yang terlalu lama.

Kak, mengingat kamu selalu memutar kembali cerita ke-gugup-an masa lalu. Aku yang terlalu polos. Aku yang terlalu kekanakan untuk bersikap. Tapi aku masih ingat dengan persis kak, setiap momen bodohku ketika berhasil berhadapan dengan kakak. Tidak banyak kak, hanya beberapa pertemuan tidak sengaja dan tiga percakapan bodoh. Bukan kakak, hanya aku saja yang lugu. Aku yang terlalu gugup dihadapan kakak. Entah racun apa yang kakak bawa kemana-mana. Terlalu besar dosisnya.

Kak, aku jatuh pertama kali di waktu yang mungkin terlalu muda untuk layak merasa berdegup. Aku yang tidak tau apa-apa tentang rasa. Aku yang bahkan saat itu tak tau bagaimana cara menggunakan jilbab dengan rapi. Terlalu cepat. Kakak datang terlalu cepat, atau aku yang terlalu cepat mendekat? Di tempat itu, ketika pertama kali aku sadar ada yang berbeda dari hanya melihat punggung kakak. Dari situ semua bermula.

Kak, aku tidak akan menceritakan dengan persis berapa lama kakak berhasil menjadi candu di aliran darahku. Aku tidak mau mereka membaca dan menyampaikan ini pada kakak. Aku malu. Aku tidak mau. Aku hanya mau kakak tau dengan cara kakak sendiri bagaimana aku bisa menuliskan ini pada kakak. Terserah saja bagaimana cara kakak sampai di tulisan ini. Aku tidak akan memaksa, jikalau kakak memang tidak berhasil menemukan ini. Biarkan saja. Toh, aku sudah melewati ini lebih dari satu dekade. Menjaga sendiri.

Kak, sebenarnya ini bukan tulisan pertama yang aku tulis tentang kakak. Diantara segala yang tersebar selama ini. Selalu ada selipan surat kecil untuk kakak. Kalau saja kakak membaca. Kalaupun tidak, tidak mengapa. Aku baik-baik saja.

Ya, saat ini aku sudah baik-baik saja. Satu kalimat panjang di akunmu waktu itu sudah cukup untuk menjelaskan segalanya. Segala yang tertahan selama lebih dari satu dekade. Sudah cukup untuk mengubah yang seharusnya diubah sejak lama. Seandainya kakak melakukan itu sejak lama. Dan seandainya aku menemukan itu sebelumnya.

Kak, tidak usah merasa bersalah kalau tiba-tiba kakak membaca ini dan merasa bersalah. Jika tidak, ya sudah.

Kak, aku tau aku belum sepenuhnya membersihkan racunmu di aliran darahku. Masih bersisa sebagian yang tetap saja mengalir. Mungkin karena racunmu masuk sudah terlalu lama. Terlalu lama. Sampai-sampai aku lupa cara menetralkannya kembali.

Kak, aku saat ini masih takut jikalau harus bertemu lagi dengan ragamu. Walau jujur saja aku memang rindu. Aku takut candu dalam darahku kembali membelah diri. Aku tidak mau. Sungguh. Segalanya ingin aku bersihkan segera. Tidak untuk racun yang sama.

Kak, aku mau meminta ijin padamu. Walau mungkin kakak tidak akan pernah mengerti ini. Karena tak pernah sekalipun ada pertemuan khusus diantara kita. Tak apa, aku hanya meminta ijin untuk tetap memelihara namamu. Anggap saja sebagai bentuk tanggungjawabmu yang terlalu lama berdiam diri. Aku minta ijin untuk ini, sampai aku menemukan nama baru nanti. Secepat yang aku bisa.

Kak, ketika nanti suatu saat nama baru itu berhasil aku suntikkan di darahku. Jangan marah padaku jika aku masih harus memanggil namamu, atau jangan marah jika aku lupa akan namamu. Karena saat ini, sebelum nama baru itu berhasil aku dapatkan. Aku tidak mampu untuk menerka apa yang sanggup aku lakukan nanti. Pun ketika namamu seharusnya memang aku lupakan. Aku tidak mampu berjanji apapun.

Kak, maafkan aku yang membuat kakak bingung dengan surat ini. Semoga kakak selalu diberikan kesehatan. Dimanapun kakak saat ini. Aku rasa, lebih baik aku sudahi saja surat cinta hari ini. Terimakasih kak.


-Kepada yang tidak boleh aku sebutkan namanya-

Fakfak, 14 februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta
"Just Say It!"
Hari ke-16

@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Jumat, 13 Februari 2015

Jagoan!

Hai jagoan!
Tadi pagi kamu tiba-tiba menelpon dan bikin kangen kambuh lagi. :( kamu bercerita bertemu dengan gurumu yang menawarkan untuk mengikuti lomba mewarnai dengan mendaftar sejumlah tertentu. Umi mu berkata bahwa umi tidak punya uang. Namun akalmu bergerak dengan cepat, meminta umi untuk menelpon tante dan om untuk menyumbang uang pendaftaran buatmu. Ah. Kamu membuat tante selalu rindu. :(

Mungkin kamu tidak akan membaca tulisan ini sekarang, tapi nanti suatu saat ketika kamu besar dan menemukan surat ini. Percayalah, tante selalu rindu padamu jagoan. :) maafkan tantemu yang tidak melihatmu ketika masih bayi. Setelah kau melewati masa balita mu pun tante hanya punya sedikit waktu untuk kamu. Jarak membuat tante tidak bisa menemani perkembanganmu. Tapi tante senang kamu tumbuh menjadi anak lelaki yang pintar, cakep dan baik. Tante harap kamu terus mempertahankan itu.

Jagoan, nanti jika kamu besar nanti kamu harus mengingat betapa banyak mimpi yang kau cita-citakan dari polisi, pilot, masinis dan beragam cita-cita lain. Apapun cita mu nanti, kejarlah. Kejar sampai dapat. Kamu jagoan pertama dalam hidup tante. Tante tentu akan mendukungmu sepenuhnya.

Jagoan, tidak akan tante tuliskan surat yang panjang padamu. Tante cuma ingin kamu tau, besar rasa sayang untukmu. Jadi anak yang sholeh dan berguna ya sayang. :*

Teruntuk jagoan tante "azka faiz rozzaan"

Fakfak, 13 februari 2015

@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
Hai ke-15

@PosCinta @MungareMike

Kamis, 12 Februari 2015

Gadis kecil dalam gerobak

Hai adik kecil di dalam gerobak.
Banjir jakarta selalu mengulang memori ketika bertemu denganmu dulu. Kakak lupa itu 2 atau 3 tahun yang lalu, kakak memang payah dalam mengingat waktu. Waktu itu kakak pun menjadi salah satu korban banjir di ibukota. Sebagai mahasiswa pada umumnya, kakak pun saat itu terpanggil untuk berbuat sesuatu. Kebetulan di kampus kakak ada yang mengkoordinir. Sehingga kakak pun sering bolak-balik antara kos dan kampus.

Kondisi banjir saat itu sudah mulai surut, di sepanjang jalan hanya bersisa tumpukan sampah dan barang-barang yang hanyut terbawa banjir ke depan jalan. Ibumu (sepertinya) bersama pengais rejeki dari tumpukan barang bekas saat itu sedang melaksanakan pekerjaannya.
Saat itu, kamu hanya duduk di dalam gerobak berisi beberapa barang sambil memainkan sebuah boneka bekas yang begitu kumal dimata kakak. Kakak tidak tau perasaan apa yang sedang muncul saat itu, yang jelas niat kakak untuk kekampus kakak balikkan dan kembali ke kos untuk mengambil salah satu boneka koleksi kakak. Kemudian memberikannya padamu.
Adek cantik, waktu itu kamu terlihat bingung. Kamu berkali-kali berusaha melihat ke arah ibu yang sedang bekerja seperti meminta persetujuan. Tapi ibumu sama sekali tidak memperhatikanmu. Kamu yang terlihat ragu melihat begitu saja ketika kakak akhirnya memutuskan untuk meletakkan saja boneka itu di sampingmu dan beranjak pergi darimu. Kakak minta maaf adek cantik, tidak ada maksud untuk meninggalkanmu kebingungan. Kakak saat itu sedang ada keperluan juga di kampus. Padahal jujur saja, kakak ingin mengobrol banyak denganmu.

Adek cantik, boneka itu salah satu pemberian sahabat sekolahku dulu. Tapi kakak rasa akan lebih berguna jika ada di tanganmu daripada hanya terpajang begitu saja di kamar kakak. Terimalah.
Bukam maksud kakak untuk mengungkit-ungkit kejadian ini melalui sebuah surat tanpa alamat tujuan ini. Kakak hanya ingin berterimakasih padamu. Matamu, tatapanmu, senyummu dan caramu bermain sendiri di dalam gerobak itu membuat kakak belajar banyak hal darimu. Tentang ketulusan, kepolosan, keihklasan dan ketidakmarukan akan sesuatu.

Adek cantik, sekarang ketika kakak merasa hidup sering tidak adil. Kakak akan mengingat lagi tatapmu. Sebagai pengingat bahwa tidak ada hal yang perlu di sesali. Semuanya selalu punya sisi menyenangkan untuk disyukuri.

Adek kecil, apa kabarmu kini? Semoga kamu sehat dan bisa tumbuh menjadi sosok dewasa yang mampu membanggakan orangtuamu. Percayalah akan ada banyak keajaiban dari Sang Maha padamu. Gadis kecil dalam gerobak. :)

Salam sayang.
Dari kakak yang mungkin saja kamu tidak ingat.


Fakfak, 12 februari 2015

@dede_crh

Hari ke-14
#30HariMenulisSuratCinta

@PosCinta @MungareMike

Rabu, 11 Februari 2015

Superfriend

Hai bro!
Akhirnya punya kesempatan juga nulis surat ini buat lo. :D
Lo tau kan gue lagi ngikutin event #30HariMenulisSuratCinta dan ini ceritanya adalah surat (bukan) cinta buat lo. Spesial dari gue. Sebenernya mau gue tulis dari lama, cuma tanggal yang paling pas ya sekarang. Soalnya surat hari ini harus make tema, dan gue bingung nulis tema ini kemana selain ke lo. Haha.

Oke sebenernya gue bingung surat ini harus diisi seperti apa, toh kita berdua masih sering bbm-an, whatsapp-an, sms-an, telpon-an dan an an yang lain juga termasuk mention-an. Kayaknya setelah ini lo bakal mention gue. :p Tapi segala yang tertulis dan bertahan di dunia maya sepertinya lebih menyenangkan buat jadi kenangan. That's why gue putusin untuk tetap meneruskan surat ini. Eh, sebelumnya gue mau ngasih peringatan. Lo gak boleh nangis karena baca ini! Ntar dikira gue lagi ngirim surat teror ke lo. Haha.

Lo ingat gak sih bro bagaimana awalnya kita bisa saling kenal? Jujur saja sebagai makhluk yang sangat mudah melupakan sesuatu, gue gak punya ingatan apapun tentang itu. Gue cuma sadar kalau kita semakin akrab dan dekat begitu saja. Seiring dengan banyaknya kegiatan yang kita lakuin bersama-sama. Semuanya berlangsung dengan ajaib. Begitu saja. Gue selalu senang Tuhan memberikan keajaiban-keajaiban seperti ini di hidup gue. Gue harap lo juga memperhatikan hal kayak gini. Banyak hal yang ajaib yang sudah kita dapatkan bro, jadi sayang saja menurut gue kalau hal tidak penting merusak segala keajaiban yang kita dapat.

Bro, gue tidak tau kenapa gue bisa merasa dekat dengan lo. Bukan sesuatu hal mudah bagi gue bisa dekat dengan orang lain. Mungkin karena kegemaran kita yang hampir serupa (kecuali hobi ngoding lo yang tidak gue mengerti :p), lo dan gue senang dengan sesuatu yang baru, dunia relawan, dunia mengajar, dan kesamaan terbesar kita adalah WE LOVE KIDS! Ya, kita berdua spesies makhluk yang bisa merasa sangat bahagia jika bertemu dengan yang namanya anak-anak. Mereka itu seperti selalu membawa virus-virus kebahagiaan yang siap disuntikkan dimana saja, dimanapun mereka berada. Dan kita adalah orang-orang yang selalu sukses tersuntik virus mereka. Kita seperti mampu ngelupain hal yang tidak menyenangkan disekitar kita kalau kita sudah dihadapkan sama anak-anak. Kita sama-sama rela untuk capek asal itu untuk bertemu dengan anak-anak. Ajaibnya, dimanapun lo dan gue berada sepertinya selalu ada anak-anak. Itu keajaiban yang menyenangkan. :)

Bro, ada hal yang gue rasa mampu membuat gue "betah" bertahan untuk dekat dengan lo. Lo tipe orang yang tidak pernah memaksa gue menceritakan apa yang tidak ingin gue ceritakan. Itu membuat gue nyaman. Gue minta maaf kalau terkadang gue tidak peka untuk mulai bertanya apa yang lagi lo pikirkan atau apa yang menjadi beban di diri lo. Itu semua karena gue sendiri bukan orang yang suka bercerita sembarangan jika gue ngerasa hal itu memang bisa gue simpan sendiri. Itu  juga sebabnya gue tidak pernah mencoba mengorek apapun yang ada dalam diri lo kecuali lo sendiri yang memang berniat untuk menceritakan itu ke gue. Gue bukan seperti kebanyakan cewek yang akan "memaksa" mengetahui apapun yang jadi rahasia teman terdekatnya. Gue percaya, setiap orang mempunyai hak untuk bercerita atau menyimpan rahasia mereka masing-masing. So, gue minta maaf kalau kadang ada beberapa hal yang tidak bisa gue ceritakan sepenuhnya. Bukan karena tidak percaya, itu hanya karena belum waktunya.

Bro, semenjak lo dan gue terpisah sama jarak yang sialan ini. Gue tidak lagi tau bagaimana lo ngejalanin kehidupan baru disana. Maafin gue yang beberapa kali tidak mengangkat telpon dari lo. Beberapa kali gue tidak peka kalau ternyata lo lagi butuh gue sebagai tempat cerita. Mudah-mudahan lo tau gue masih suka kehilangan mood gue sendiri, entah karena capek entah karena memang lagi malas (walaupun kadang memang karena alasan situasi, seperti waktu ada proses "uka-uka" di rumah gue :p). Itu sebabnya kadang gue tidak bersedia untuk di telpon sama lo bro. Bukan karena gue tidak perhatian sama lo, tapi karena kadang ya kadang gue lagi malas. Cuma malas. Memang gue pemalas mungkin ya. lo tau sendiri kamar gue selalu berantakan akibat kemalasan gue yang sering menjadi-jadi. :p Maafin gue kalau gue sering tidak ada saat lo benar-benar butuh. Maafin gue yang tidak pandai memberikan masukan ketika lo ada masalah. Maafin gue yang sering memasukkan rasa tidak percaya kalau menceritakan sesuatu ke lo. Tapi gue selalu bersedia menerima semua cerita lo, tertawa lo, tangisan lo atau apapun yang ingin lo lakuin (tentu saja ketika malas gue tidak sedang naik :p).

Bro, kadang hidup itu sering menyebalkan memang. Banyak hal di sekitar yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Banyak orang tidak menyenangkan yang rasanya pingin ditonjok atau ditembakin saja satu-satu. Tapi bro, kadang yang tidak kita sadari adalah ternyata bisa saja kita itu ternyata orang yang menyebalkan bagi sekitar kita. Ketika kita sebal sama orang, bisa saja disaat yang sama ada orang yang juga sedang sebal sama kita. Hidup selalu seperti itu. Selalu ada dua sisi di saat yang bersamaan.

Tapi bro, ketika kita hanya terus-terusan mengingat mereka yang menyebalkan. Akibatnya kita sendiri yang akan lelah. Lelah untuk memikirkan hal yang berlebihan. Gue pun sering sebal dengan banyak hal menjengkelkan di sekitar gue. Dulu gue sering marah, mikir sampai capek sendiri. Tapi sekarang gue sadar, tidak ada untungnya bersikap seperti itu. Sekarang gue lebih memilih untuk menutup semua hal yang menyebalkan itu dengan tembok kesenangan yang gue punya, tembok keajaiban yang gue susun sendiri. Mungkin tidak secepat itu, tentu saja gue akan marah awalnya tapi gue akan berusaha selesaikan marah itu secepatnya. Makanya beberapa kali ini lo liat gue malah tertawa ketika sebelumnya gue menceritakan masalah gue. Gue hanya tidak mau masalah kecil menutup kebahagiaan besar yang gue dapat. Lo harus coba itu.

Bro, mudah-mudahan lo tidak merasa terganggu dengan ocehan panjang gue diatas. Gue cuma ingin lo tau, walaupun saat ini gue dan lo terpisah jarak. Walaupun gue juga tidak tau kapan waktu akan membawa keajaibannya untuk kembali mempertemukan kita. Lo di pulau paling barat dan gue yang berada di pulau paling timur. Gue akan berusaha untuk selalu ada "disamping" lo. Meski tidak setiap saat, meski kadang gue malas mengangkat telpon lo. Trust me that i stand by you, bro.

Bro, menutup surat (bukan) cinta buat lo ini. Gue mau ngasih jejak di surat panjang kali lebar kali tinggi ini. Siapapun yang nanti bakal membagi undangan duluan. Tolong jangan berhenti untuk saling berkomunikasi seperti saat ini. Gue tidak mau lagi ngalamin putus kontak sama orang yang gue sudah anggap dekat karena alasan ikatan itu. Gue ga mau lagi ngalamin kayak gitu. Gue trauma. So, walaupun lo selalu mengelak waktunya belum sekarang. Tapi, waktu selalu punya cara menunjukkan misterinya. Gue percaya itu. Jadi, ini mudah-mudahan bisa jadi note buat kita. :D

Bro, lo sekarang lagi ngapain? Pasti lagi ngebaca ini dan berkata "bocaah bocaah". Haha. :p sudahan deh. Gue udah bingung mau nulis apaan. Nulis surat ke lo masa iya mau ngalah-ngalahin surat ke kecengan gue. Hahaha. :D

Sampai bertemu di watsap, sms, bbm, twitter dan atau kawan-kawan sejenisnya. :p keep smile. :))

Dari bro-mu di pulau paling timur. :3

Fakfak, 11 februari 2015

@dede_crh buat @aisyahhaq

Note: pak pos yang baik hati tolong anterin ini yaaaa.. :*

#30HariMenulisSuratCinta
"I stand by you"
Hari ke-13

@PosCinta @MungareMike

Selasa, 10 Februari 2015

Punggawa kecil

Assalamu'alaykum adek-adek.
Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah dan selalu semangat mengejar cita-cita.

Kalian masih ingat gak ya sama miss dede?  Miss memang tidak lama mengajar kalian, tapi miss gak mungkin ngelupain kalian. Kalian murid-murid pertama miss yang menyenangkan.
Miss selalu senang kalau bertemu dengan kalian, meskipun kadang capek karena miss juga harus kuliah dan waktu itu miss sedang sibuk dengan tugas akhir. Tapi kalian yang tidak pernah kehilangan semangat kalian belajar membuat miss ngerasa nyaman berbagi sedikit ilmu ke kalian.

Apa kabar kalian? Masih sering datang ke komunitas kah? Kalian masih semangat kan buat belajar? Sekarang kalian kelas berapa? Bagaimana ulangan kalian selama ini? Siapa guru kalian sekarang? Bagaimana dengan teman-teman sekolah?

Ah, miss dede rinduuuu banget sama kalian. Miss kangen mengajar kalian. Miss kangen bermain dengan kalian. Miss kangen mendengar celotehan kalian. Miss kangen.

Terimakasih ya sudah pernah menjadi murid yang baik. Miss minta maaf, tidak sempat berpamitan dengan kalian. :( sekarang miss tinggal di pulau berbeda dengan kalian. Dulu waktu kalian tau rumah miss ada di papua kalian langsung bertanya-tanya. Banyak banget. Miss sampai bingung menjawabnya. Pertanyaan kalian begitu polos. Tapi miss suka. Semangat kalian untuk mengetahui sesuatu tinggi sekali. Meski hujan, kalian tidak pernah merasa lelah untuk belajar. Meski sesekali kalian merasa bosan dengan hitung, hitung dan hitung. Tapi kalian kembali bersemangat ketika miss mulai bermain tebak-tebakan nama buah, nama hewan, benda dan lainnya dalam bahasa inggris. Bersama kalian selalu menyenangkan. Mendengar kalian yang bercerita tentang kejadian di sekolah. Tentang teman, tentang guru. Segalanya kalian ceritakan dengan ekspresi yang lucu. Miss rindu.

Miss ingat dulu kalau miss datang di KDJ dan pintu belum terbuka, kalian berbondong-bondong bersama teman lain yang datang mengikuti miss untuk mengambil kunci. Miss jadi merasa mempunyai sepasukan tentara. Hihi.

Miss rindu sama kalian, sayangnya miss tidak tau persis dimana kalian tinggal. Miss tidak tau, apa miss bisa bertemu lagi dengan kalian. Entah kapan. Entah dimana. Tapi miss sangat berharap bisa berjumpa lagi dengan kalian. Nanti, ketika kalian sudah tumbuh jadi orang dewasa yang hebat. Sesuai dengan cita-cita kalian. Miss yakin, kalian akan tumbuh jadi anak-anak hebat yang membanggakan orang tua. Kalian yang selalu mengoceh banyak hal "miss suka hello kitty?" , "miss rumahnya dimana?" , "miss kuliah belajar apa?" dan banyaak pertanyaan lain. Miss rindu sama kalian.

Aljum , Indri , Mila kalian tiga dari sekian murid miss yang menyenangkan. Do'a terbaik untuk kalian. Dimanapun kalian berada sekarang. Semoga kalian berhasil mengejar cita kalian. Jangan menyerah hanya karena kondisi ekonomi yang tidak berkawan. Semangat kalian akan mengalahkan hal itu. Percayalah.

Salam rindu.

Fakfak, 10 februari 2014

@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-12

@PosCinta @MungareMike

Senin, 09 Februari 2015

Kepada penyair

Hai tuan.
Sedang apa dirimu?
Masih berkutat dengan huruf yang tertata?
Masih berlagu pada sajak?
Atau saat ini kau sedang terdiam merenung

Sendiri kesukaanmu
Bermain kata seperti menjadi hobimu
Memutar segalanya
Menyambung banyak hal
Sesukamu
Dan aku suka

Bukan pada hatimu
Tentu saja
Bagaimana bisa aku mencintai banyak orang sekaligus?
Aku dan aku dalam diriku mencintaimu
Mencintai tuturmu

Hai tuan.
Apa yang ada dalam benakmu
Ketika rentetan kata meloncat dari kepalamu?
Tertuang rapi
Kadang begitu sederhana
Sering juga mengerutkan kening

Hai tuan.
Aku tidak tau apa mungkin tuan juga mengenal letih
Apa tuan mengenal penat?
Aku berharap bisa menanyakan ini langsung pada tuan
Tapi sayang tuan.
Sayang, aku hanya dianugerahi satu buah indra untuk berkata
Tidak akan cukup
Jadi biarkan saja tanya ini mengapung

Tuan.
Jika nanti kau lelah
Istirahatlah
Aku takkan marah
Tapi tolong jangan biarkan diri tuan mati
Biarkan saja kata menunjukkan jalan hidupnya
Di tanganmu tuan
Biarkan aku jadi pecinta
Mencinta setiap sajak dan syair tuan.

Salam.


Fakfak, 9 februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-11

@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Minggu, 08 Februari 2015

Gohan

Masih ingat, kamu yang setiap pagi "ngusel-ngusel" mukaku?
Mendatangi pintu kamar dan langsung naik diatas tempat tidurku.
Berusaha membangunkanku biar tidak terlambat sekolah.
Tidak berhenti mengganggu sampai kau tau aku telah memakai sepatu.
Kamu yang sibuk mengeluarkan suaramu jikalau pintu kamarku pagi hari tertutup dan tidak melihatku, kau akan terus begitu sampai ibuku tergopoh membukakan pintu.
Setelahnya kau berlari menyerbu.
Seolah tidak mengizinkanku memeluk nyamannya guling waktu pagi.
Dengan semangat memburu, kau tidak pernah absen menjadi alarmku.

Aku ingat persis, waktu itu sedang duduk diruang tamu.
Bersama tumpukan buku-buku disekitar.
Saat itu aku sedang disibukkan dengan minggu ulangan.
Yang menyita waktuku dan kurang memperhatikan kamu.
Suara gonggongan anjing tiba-tiba terdengar seru.
Awalnya aku tidak mau tau. Toh, memang banyak anjing disekitar rumah.
Tapi ternyata itu menjadi sebuah penyesalan dalam untukku.
Karena merasa terganggu, aku pun keluar melihat keadaan.
Dan apa, aku melihatmu terkurung diantara anjing-anjing itu.
Sendiri, dan tidak kuat melakukan apapun.

Aku panik, sedih.
Aku terlambat.
Tubuhmu terlalu kecil untuk segerombolan anjing menyebalkan itu.
Aku menangis sejadinya.
Baru kali itu aku merasa sedih yang sangat.

Ibu membungkusmu dengan kain.
Menguburkanmu dengan rapi di halaman depan rumah.

Ya, semenjak itu tidak ada lagi eonganmu.
Tidak ada lagi uselanmu.
Tidak ada lagi kamu yang membangunkanku setiap pagi.
Aku kehilangan teman kecilku.
Sampai sebesar ini, tidak ada yang bisa menjadi sama denganmu.

Pus.
Maaf tidak bisa menjagamu.


Fakfak, 8 februari 2015

Hari ke - 10.
#30HariMenulisSuratCinta

@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Sabtu, 07 Februari 2015

Tolong antarkan surat ini

Assalamu'alaykum..

Lusiyani k. yunaningsih, mudah-mudahan saya tidak salah menulis nama lengkapmu. Apakabar kamu? Masih kenal saya gak? semoga saja masih kenal, karena kalau gak kenal malu juga saya menulis ini. Hehe.

Kapan ya terakhir kita ketemu? 5 tahun lalu? 6 tahun? 7? Atau lebih? Saya juga tidak ingat persis kapan terakhir kali kita saling bercakap. Eh, kamu masih ingat saya gak sih? Kok saya tiba-tiba ragu. Saya memang bukan teman akrabmu mungkin, tapi setidaknya kita pernah kenal cukup dekat kan? Berawal dari teman di tempat mengaji yang sama berlanjut dengan berteman ala anak seumuran kita, kebetulan karena rumah kita yang tidak terlalu jauh jaraknya.
Kamu dimana sekarang? Kerja dimana? Terakhir yang aku tau kamu berkeinginan kuliah di jurusan HI? Saat mendengar itu saya dalam keadaan tidak tau menau apa itu HI, tapi sekarang tau kok. Hihi. :p Mudah-mudahan saya tidak salah. Kalau benar pasti sekarang kamu sudah bekerja di tempat keren ya? Atau mungkin kamu malah tidak sedang di Indonesia? Wah. :D Bapak ibu saya masih di manokwari lho, rumah saya juga tidak berubah. Masih tetap di tempat yang sama. Tapi kalau saya sekarang kebetulan dapat penempatan kerja di kota fakfak. Kapan-kapan kalau kamu kesini saya traktir jalan-jalan. ;)

Sebenarnya saya sudah lama ingin kembali menjalin silaturahmi denganmu. Sayang saja rasanya kalau pertemanan kita dulu yang lumayan dekat terputus begitu saja. Tapi entah kenapa begitu susah kamu dicari. Banyak kawan lama saya yang berhasil saya temukan di facebook, blog atau media sosial lain. Tapi namamu belum berhasil juga saya dapat. Mungkin kamu tidak suka dengan dunia maya? Atau mungkin saya yang salah menuliskan nama? Sejujurnya saya memang gagal mengingat apa kepanjangan dari huruf K dalam namamu. :(

Sulis. Hahaha. Kamu masih ingat nama itu? Nama buatmu sebagai panggilan canda dari bapak saya. Beliau tidak pernah menanyakanmu dengan "lusi mana?" tapi selalu dengan pertanyaan "sulis mana?" :p karena cukup seringnya kamu bermain di rumahku dan saya pun begitu. Kadang kamu suka sebel kalau bapak saya memanggil begitu, tapi kamu terlihat menerima panggilan itu. Saya jadi penasaran apa sekarang ada yang memanggilmu sulis juga?

Kalau diingat-ingat umur kita itu sedikit berbeda ya, kamu sedikit lebih tua dari saya. Tapi untuk anak seumuran kita dulu, semuanya terasa sama saja. Sungguh menyenangkan sekali ya jadi anak-anak. Tanpa beban, hanya senang bermain saja. Masih ingat kalau puasa, subuh setelah sahur di rumah masing-masing kita bertemu di masjid untuk shalat subuh dan setelah shalat subuh kita langsung berlari ke belakang sambil menunggu ceramah selesai dan bermain sendiri, kadang sampai tertidur gara-gara suasana pagi yang nyaman. Kalau teraweh sibuk mencari tempat biar kita bisa barengan, sampai sering dimarahin kalau ribut sendiri. Ah, kamu pasti kaget ya saya masih mengingat itu? Haha. Mungkin saja kamu tidak mengingatnya. Dulu, kamu termasuk sosok yang lebih dewasa dimata saya, diantara teman-teman sepermainan kita. Tapi itu tidak memupuskan cerita pertemanan kita waktu kecil. Kita masih suka bersenang-senang.

Eh lus, sebenarnya saya tidak tau apa surat ini bisa sampai pada kamu. Tapi tidak ada salahnya mencoba lagi. Siapa tau makhluk bernama internet ini mampu menghubungkan saya dan kamu sekali lagi. Sekedar mampu untuk menjalin kembali silaturahmi. Makanya saya mencoba menuliskan nama lengkapmu di awal surat. Siapa yang bisa menebak keajaiban waktu bukan? :)

Sudah dulu ya lus, saya takut kamu bosan dengan surat ini. Semoga saja dimanapun kamu berada selalu diberi nikmat iman dan kesehatan dariNya. Salam buat keluarga.

*kalau akhirnya kamu membaca surat ini, tolong balas ya*

Nb: terimakasih pak pos sudah mau jadi perantara yang mengantar, maaf kalau ini bukan termasuk surat cinta #wink ;)

Fakfak, 7 februari 2015

@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
hari ke-9

@PosCinta @MungareMike

Jumat, 06 Februari 2015

Kepada tetangga sementara

Hari ini, setelah berfikir cukup lama. Mencari bahan buat surat hari ini. Sampai di enam belas lebih dua puluh Waktu Indonesia Timur akhirnya muncul juga kamu sebagai tujuan surat ke-8 ku ini.

Kepada kamu tetangga sementaraku.
Aku tidak tau harus bagaimana memanggilmu. Mungkin kamu seorang anak SMA atau mungkin kamu seorang pekerja atau mungkin kamu hanya menikmati kopi di rumahmu saja. Aku tidak peduli bagaimana kamu. Pun ketika kamu hanya seorang anak sekolahan atau bahkan pengangguran.

Aku cuma mau mengatakan. Suaramu bagus. Aku suka.

Ya, aku cuma mengetahuimu dari suara. Kebetulan letak kamarku memang tidak jauh dari rumahmu. Dan sepertinya memang kamu senang untuk bernyanyi. Malam itu tepat sekali rasanya aku yang sedang tidak punya keinginan untuk apapun hanya terdiam mengutak-atik hp pemberian ini. Tidak ada yang menarik. Tanpa sms, tanpa telepon atau tanpa apapun yang bisa menaikkan kesenanganku malam itu. Singkatnya aku bosan.

Tapi waktu memang selalu ajaib. Tiba-tiba saja suaramu terdengar jelas di kedua telingaku. Bagus. Suaramu bagus. Aku suka. Kebetulan kamu tepat menyanyikan lagu dari band kesukaanku. Mungkin karena itu. Atau mungkin karena suaramu yang memang bagus.

Kamu tahu, semenjak hari itu aku sering menunggu dan menajamkan pendengaranku untuk bisa lagi mendengar suaramu. Aku tidak berharap bisa bertemu denganmu. Apalagi jika kamu anak sekolahan. Tentu saja aku akan malu. Jadi biarkan saja aku hanya menikmati suaramu.

Kepada kamu tetangga sementaraku. Mungkin tinggal beberapa hari aku menghuni kamarku saat ini. Padahal baru sekejap aku mendengar suaramu. Karena sebentar lagi aku akan angkat kaki dari tempat itu. Ah, kamu tidak akan mungkin peduli tentang ini. Terang saja, aku tidak tau kamu; kamupun tidak tau aku. Tapi aku tau suaramu. Suaramu bagus. Aku suka.

Terimakasih untuk lagu yang kau dendangkan beberapa kali. Kadang jelas , kadang hanya sekilas. Aku tetap suka suaramu. Nyanyikan saja. Setidaknya sampai hari aku tidak lagi jadi tetanggamu. Sampai hari itu tiba. Menyanyilah, mungkin di rumah baru nanti. Aku akan rindu. Rindu pada suaramu. Itu saja.


*semoga surat ini tidak benar-benar sampai pada kamu*

Fakfak, 6 februari 2015
@dede_crh

Hari ke-8
#30HariMenulisSuratCinta

@PosCinta
@MungareMike

Kamis, 05 Februari 2015

Super six!

Hai.. Diah, hesti, fajar, haykal, rico..
Assalamu'alaykum. :D
Jangan kaget ya tiba-tiba aku ngirimin kalian surat beginian. :p ceritanya lagi ngikut #30HariMenulisSuratCinta dan karena semalem habis bbm-an sama mbak hesti jadinya kepikiran kalian ber-lima aja tiba-tiba. Gak ada salahnya kan ya, di jaman serba digital ini aku masih juga nulis surat buat kalian. :D

Apa kabar kalian di tempat masing-masing? Sudah pada sibuk dengan aktivitas dunia ke-be pe es-an pasti ya. Haha. Bagaimana situasi kantor? Menyenangkan? Aku disini Alhamdulillah dapat kasi yang baik, kebetulan mbaknya masih muda ya walaupun bukan alumni sih soalnya beliau lulusan ITS. Tapi sejauh ini asik-asik saja. :D Rekan kerja di kantor juga asik, KSK sama pegawainya juga seru. Disini satu kantor kami ber-19 orang, 8 nya ksk sisanya staf. Walaupun satu dua ada sih yang sedikit ngeselin, wajar sih ya namanya juga dunia kerja. Dunia mahasiswa saja ada yang nyebelin kan ya. #ups

Kalian disana bagaimana? Masih jadi anak kos kembali ya? Kalau diah sih gak ya. Soalnya deket rumah ini. Haha. Yang anak kos jangan suka sering nge-mi instan lagi ya. Masa anak kos jaman kuliah sama anak kos jaman kerja kebiasaannya sama sih. :p kalau aku disini untuk sementara masih tinggal di rumah keluarga, ya syukurlah keluarga ada dimana-mana. :D tapi sudah berencana pindah sih, dapat rumah kontrakan berdua dengan kak zulvia arifa pas samping kantor. Rezeki kita berdua sih kayaknya. :3 ga enak juga soalnya kalau lama-lama di rumah keluarga disini, selain karena rumahnya jauh dari kantor aku juga kan bukan tipe orang yang betah tinggal dirumah dan ga enak juga kan kalau sering pergi-pergi. Ntar kesannya numpang kok ga tau aturan. :p

Bagaimana rasanya jadi pegawai kantoran? Seru ya? Hihi. Banyak hal berbeda dari dunia kuliahan. Terutama di masalah dompet. :p Bagaimana dengan jalan-jalan? Kalian sudah nemuin tempat baru? Bagi-bagi foto dong. Haha. Aku disini baru pernah jalan di salah satu pantai disini saja bareng kak via dan beberapa temen kantor. Belum ada kesempatan ngeksplore lebih banyak. Mudah-mudahan nanti bisa lebih banyak. Oh iya fakfak itu tipe kota yang wilayahnya berbukit-bukit gitu. Jadi sejauh mata memandang pasti bisa ngeliat air laut. Soalnya naik turun gitu jalannya. Pertama kali datang saja masih takut buat bawa motor. :/ tapi sekarang ga sih, soalnya sayang kalau ga bisa bawa motor. Haha. Disana ada objek wisata apa? Jangan terlalu serius kerja, jalan-jalan juga. :p

Eh, btw apa yang kalian rasakan waktu baca surat ini? Aneh ya? Haha. Aku juga nulisnya ngerasa aneh sih tapi gapapa lah ya. Biar kita tetap bisa saling mengingat. Ceilah. :3 ga pernah nyangka sih bisa kenal sama kalian ber-lima eh ga ding ber-empat kalau sama diah mah udah lama ya kenalnya. :p ga tau deh sudah berapa banyak "drama" selama kita ber-enam saling kenal selama di kampus. Yang marahan lah, yang ketawa bareng lah, yang jutek-jutekan, yang ngomel-ngomel. Lucu kalau nginget itu. :3

Sekarang kita sudah terpisah sama jarak. Kita ga pernah tau bagaimana caranya atau bagaimana nanti kita bisa dibawa waktu untuk bertemu lagi ber-enam secara bersamaan. Mungkin kalau ada gathering akbar cheby. :D mudah-mudahan saja. Tapi sebelum waktu ngijinin kita ketemu lagi ber-enam mungkin ga ada salahnya melalui surat ini aku mau nyimpen sebuah kenangan kalau kita dulu sempat mempunyai kedekatan emosional. :p duh, lebay sekali aku ya. Haha. Pasti kalian ketawa pas lagi baca ini. xD ga papa deh. Biarkan saja tulisan ini jadi salah satu kenang-kenangan lucu kalau suatu saat nanti kita ketemu di suatu momen berbeda. Nanti. Entah kapan. Mau langsung ber-enam atau satu dua diantara kita. Biarkan saja surat di blog ini yang jadi pengingat buat kita. :D

Kepada kalian ber-lima disana. Jaga kesehatan ya, jangan lupa kasih kabar. Terutama kabar tentang undangan. :p mungkin rico yang duluan, atau diah? Atau malah haykal, hesti, fajar? Atau aku ya? Haha. :3 bagaimanapun kalian saat ini. Semoga selalu dalam lindungan Sang Maha.

Salam rindu dari diri yang terpisah baru tiga bulan lebih. :D

Fakfak, 5 februari 2015

Dari @dede_crh
Buat kesayangan @gpacheby_stis ; hesti susilowati @hesti_ty , diah wahyuni @dhy_hyu , rico tantowi putra @ricotantowi , fajar choirul anwar @fajar_choi , muhammad khaikal ahsani @khaikal_ahsani

Hari ke-7
#30HariMenulisSuratCinta

@PosCinta @MungareMike

Rabu, 04 Februari 2015

Kak, siapa namamu?

hei.. apa kabarmu jauh disana?
tiba-tiba teringat cerita yang pernah kita upayakan
ku fikir aku berhasil melupakanmu
berani-beraninya kenangan itu datang tersenyum.

oh hai.. maaf saya malah mengawalinya dengan sebuah lagu. sebuah potongan lagu dari salah satu band favorit saya, The Rain. Gagal Bersembunyi. iya,  karena bosse @PosCinta kali ini membuat tema untuk surat 4 februari. For the first time in forever; dan itu membuat saya tiba-tiba teringat sama kakak. sebenarnya lagu itu tidak sepenuhnya menceritakan gambaran saya ke kakak sih. saya memang ingin menanyakan apa kabar kakak disana? tapi kita tidak pernah punya cerita yang diupayakan. haha. jangan mempermasalahkan ini ya kak. :)

saya bingung kak, bagaimana harus mengisi surat ini yang bisa buat kamu senang ketika menerimanya. Tapi bosse meminta saya untuk harus menuliskannya. Ya, walaupun saya tidak yakin benar apa surat ini akan sampai ke kakak. Pak pos pun akan bingung harus mengantarkan surat ini kemana, karena bahkan nama persis kakak pun saya tidak tahu. :( tapi tak apalah, saya bertekad tetap menuliskan ini untuk kakak. sebenarnya surat ini tidak cocok dibilang surat cinta,mungkin saya namakan saja surat ini surat rindu. oh iya kak, kalau kakak tidak kenal siapa bosse kakak cari saja twitternya @PosCinta, siapa tau kakak berniat mengirimkan surat balasan. :D

kak, sepertinya memang Tuhan sudah menggariskan jalan seperti ini. Sebelum saya mencoba untuk menuliskan 30 buah surat cinta ini beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja saya ingin membuka tulisan di buku harian saya jaman dulu. kau tau kak, saya dulu kekanakan sekali. sungguh memalukan. haha. >.< Dari situ saya menemukan nama kakak. kakak jangan bingung dulu, nama kakak yang saya tuliskan di buku itu mungkin bukan nama kakak yang sebenarnya soalnya saya memang tidak pernah benar-benar tau siapa nama kakak. :(

kak, jujur saya tidak ingat persis kapan pertama kali saya benar-benar bertemu kakak. saya cuma ingat tempat pertama saya ketemu kakak di masjid itu. saat itu saya murid yang sedang belajar mengaji, sungguh saat itu saya merasa masih sangat kecil. tebakan saya saat itu kakak sudah SMA. apa-apaan saya bisa-bisanya ngeliatin anak SMA yang bahkan sudah jadi guru mengaji di tempat saya menjadi muridnya. haha. Sudahlah. Kak, saya waktu itu tidak mengerti apa yang benar-benar terjadi. sepertinya senyum kakaklah yang membuat saya akhirnya mengingat kakak untuk pertemuan pertama yang teringat sampai saat ini atau mungkin juga karena saya selalu suka pada senyuman. kak, waktu itu kakak memang guru baru di tempat itu dan tentu saja tidak untuk mengajar saya yang kebetulan sudah cukup lama menjadi murid disana. Kita tidak pernah bercakap, pun dengan status guru dan murid. Tapi ada hal yang ingin saya ceritakan pada kakak sekarang; satu hal yang selama ini saya simpan sendiri karena ini membuat saya malu bahkan ketika mengingatnya; ada satu momen ketika saya mengaji dengan guru mengaji saya, awalnya lancar-lancar saja tapi entah kenapa tiba-tiba kakak harus datang ke meja di dekat tempat saya. kak, kakak tau waktu itu saya gemetar sekali. gugup yang tidak tau bagaimana cara meredakannya, bahkan sampe dimarahin guru saya. kak, saya malu menceritakan ini. tapi saya ingin kakak tau, kalau kakak dulu pernah membuat saya tidak bisa tenang. kakak pernah membuat saya bingung harus ngapain. Pertama kalinya kakak yang membuat saya kehilangan konsentrasi ketika mengaji. Eh, kakak bukan jelmaan setan kan?

kak, saya tidak yakin benar apa yang terjadi pada saya waktu itu. Karena itu semua hanya berlangsung di waktu beberapa menit saja. Tidak ada lanjutannya, rasa yang berbeda ketika pertama kali saya merasa jatuh cinta, walaupun tetap saja masih teringat. Mungkin itu hanya rasa kagum dari seorang bocah kecil, mungkin juga sebuah rasa takut, atau rasa yang belum pernah ada pengertiannya. Saya terlalu kecil untuk harus memikirkan itu. Kak, sejak saya pertama kali melihat senyum kakak sampai saat ini saya tidak pernah tau siapa nama persis kakak selain nama yang saya ciptakan sendiri dengan menerka saja waktu itu. bahkan kak, saya saat ini tidak begitu yakin masih mengingat bagaimana rupa kakak. aneh sekali saya ya kak. tapi kak, kata orang sesuatu yang dipendam kelamaan itu bisa jadi jerawat eh gak  juga sih kalaupun iya toh saya bukan orang yang terlalu peduli pada jerawat sebenarnya. ah, pokoknya kak saya cuma tiba-tiba rindu kamu saja kok. saya tidak tau ini benar atau tidak, tapi saya masih berharap bertemu kakak. Walaupun sebenarnya alasan utama hanya karena saya penasaran saja  dengan apa yang akan terjadi pada saya ketika bisa bertemu kembali dengan kakak. Maaf kak, tapi memang hanya sebatas itu. Ya, sebatas ingin tau. Sebatas itu. Mungkin.

Kak, boleh aku tau namamu? Bagaimana kabarmu? Bisa kita bertemu?

Fakfak, 4 februari 2015

Hari ke-6
#30HariMenulisSuratCinta

@poscinta @mungaremike






Selasa, 03 Februari 2015

dari aku kepada aku

hari ini cukup melelahkan fikiran bukan? aku saja sampai malas memikirkannya. setelah telat sampai kantor, kehujanan juga, rekening bermasalah, mbak-mbak yang jutek, dan ah sudahlah terlalu menjengkelkan.

oh, hai.. maaf, aku lupa menyapamu. keinginan untuk curhat langsung saja mendahului sebelum sempat menyapamu. tapi, aku memang sedang tidak suka terlalu lama berbasa-basi. hari ini, mungkin beberapa hari ini sedikit melelahkan kepala. ditambah lagi untuk memikirkan project #30HariMenulisSuratCinta ini. hah, awas bisa-bisa saya diserang banyak orang karena mengeluhkan soal ini. baru juga hari ke-5 dan baru juga tahun pertama. cupu.

hai, surat ini untuk aku dan untuk kamu yang menjadi aku. terimakasih ya telah mau berlelah-lelah, mengikuti isi kepalaku yang lebih banyak randomnya. mood yang kata kawan masih labil. segalanya dipikirkan dengan terlalu berlebihan. kasian kamu jadi ikutan lelah sekarang. oh tidak, mungkin dari dulu. maaf ya. 

aku masih memikirkan bagaimana surat ini aku harus aku akhiri, karena aku masih ingin berbicara banyak padamu. harusnya kita bisa mencari pantai dan duduk dipinggirnya untuk bicara lebih panjang lagi. aku dan kamu selalu suka suara desir ombak. menyenangkan. ah, kenapa aku harus bingung? disini bukannya banyak pantai? harusnya aku tinggal mengangkat kakiku dan mengajakmu kesana, ke salah satu pantai disini. terdengar mudah. seharusnya. tapi dasar aku yang sedikit malas, atau mungkin aku yang belum ada keberanian.

sudahlah, semakin aneh saja isi suratku. mana ada surat cinta seperti ini, yang ada aku akan ditimpuk jika mengirimkan surat ini. seperti surat kaleng tapi tanpa isi. aku pamit saja sekarang. mungkin kamu sudah bosan. dan aku juga. bye.


fakfak, 3 februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta
Hari Ke- 5
@dede_crh

@PosCinta @MungareMike

Senin, 02 Februari 2015

Surat panjang membosankan untuk kamu

Sebelum kamu membaca surat ini, dari awal aku ingin memperingatkanmu kalau ini mungkin akan menjadi surat terpanjang dan membosankan yang pernah aku tulis dibulan ini. Jadi kalau kau sedang jengah untuk membaca ocehan panjang, berhenti saja meneruskan; aku tidak apa apa. Aku hanya ingin meneruskan surat ini. Mungkin saja ada yang lain yang berminat membacakannya untuk diceritakan padamu, dengan lebih menarik. Semoga.
Pagi ini terasa sedikit berbeda. Semalam aku sibuk, sibuk sekali. Setidaknya yang paling sibuk diantara hari-hariku semenjak kembali pulang dikota ini; Manokwari. Menyetrika baju-baju, mengumpulkan berkas-berkas yang mungkin aku butuhkan, memilah milih koleksi buku yang akan menemani perjalanan, menyebarkan uang di semua kantong penyimpanan yang aku punya sesuai saran dari bapak karena kata beliau "biar susah diambil maling dan kalaupun salah satu tempat diambil kamu masih punya yang lain" -pemikiran yang unik- dan tentu saja sibuk memanggil ibu saya meminta tolong dibuatkan ini dan itu termasuk menanyakan koper mana yang bisa aku pakai.
Senin pagi, satu desember. 2014. Tidak ada fikiran apapun ketika berangkat kantor seperti biasa, dengan menggunakan seragam abu-abu dan motor yang tanpa sengaja senada dengan warna bajuku. Sampai dikantor biasa saja, setelah absen pagi aku dan pegawai lainnya sempat mengikuti upacara; hari korpri katanya. Pagi itu, kepala kantor kami akhirnya datang juga. Kepala kantor yang dari beberapa hari lalu aku dan dua kawanku menunggu. Kami memang harusnya sudah menuju kabupaten penempatan masing-masing sejak 18 november tapi beliau menahan kami di provinsi, dengan alasan yang tidak terlalu aku pahami. Singkat saja, sore itu setelah menunggu sekitar tiga per delapan hari -rajin sekali aku menghitung- akhirnya kami dipanggil juga. Tidak ada fikiran apapun saat itu, walaupun dalam hati ingin sebuah kejelasan tentu saja. Menjelang waktu absen pulang, kami bertiga didudukkan di ruang kepala berbasa-basi sebentar dan kemudian bapak kepala yang kami tunggu beberapa hari yang lalu memerintahkan untuk segera mencari tiket pesawat ke kabupaten. Ya, secepat itu. Oh, maaf ralat; hanya aku lebih tepatnya yang menggunakan armada burung terbang itu karena dua kawanku bisa menempuh jalur darat untuk sampai di kabupaten mereka. Aku seketika panik, entah apa yang ada dalam fikiranku waktu itu. Sudahlah bagian ini tidak ingin saya ceritakan lebih lengkap, toh mungkin kamu sudah mulai jengah dengan surat ini. Aku hanya ingin memberitahukanmu, pada saat itu kami diminta untuk segera meninggalkan kota ini secepat mungkin. Di hari dimana aku tidak merencanakan apapun, apalagi merencanakan untuk terbang keesokan harinya.
Dua desember tahun yang sama. Satu koper, satu ransel di pundak dan satu karton berisi sepatu dan beberapa buku. Pagi itu hujan, semua orang di rumah sudah berangkat menuju tempat kerja; kecuali bapakku. Tapi tenang saja, aku sudah minta ijin dan mengecup pipi mereka. Walaupun tidak berhasil mengecup pipi keponakan, karena sepertinya dia marah karena harus ditinggal lagi oleh tantenya ini. Maaf sayang.
Tidak ada yang bisa mengantar pagi ini, seperti tidak terjadi apa-apa. Ya, mungkin karena memang mereka semua sedang sibuk dan aku toh tidak keberatan. Pagi itu bersama tukang ojek langganan sepupuku berangkatlah kami ke bandara. Diiringi gerimis, yang ah terdengar romantis kalau saja saya tidak dengan bapak tukang ojek itu. Haha.
Bandara rendani cukup sibuk, mungkin tidak memperhatikan aku yang berjalan sendirian di dalamnya. Tak apa, aku memang tidak ingin jadi pusat perhatian. Setelah mengurus check in keberangkatan dan membeli sedikit abon gulung, ruang tunggu lantai 2 jadi tujuan saya berikutnya. Satu ransel dan satu karton tentengan yang gagal saya masukkan ke bagasi. "Pegang saja mbak" kata mereka, ah sudahlah. Ini kali ke dua aku berangkat dari lantai 2 bandara ini. Ya, rendani sedang berbenah. Setelah beberapa kali tetap saja dipalang.
Tidak butuh waktu lama aku menunggu pesawat datang, hanya sekitar dua atau tiga lagu yang berputar di telinga. Express air akan mengantar perjalanan kali ini. Semoga cuaca sedang baik, itu saja do'aku. Bismillah.
Aku tidak ingat persis berapa lama pesawat itu terbang. Aku lebih ingat bagaimana pesawat itu terbang dari bandara di sorong menuju kamu. Baru kali itu aku memperhatikan betul perjalanan diatas pesawat. Duduk di seat depan sebelah kiri samping jendela, membuat kepala terlintas banyak hayalan. Aku selalu menyukai hayalan liar seperti itu. Lepas begitu saja. Menyenangkan.
Bandara torea menyambut kali ini, baru pertama kali kaki ini menginjakkan tapaknya di tempat ini. Terasa hangat. Aku langsung saja sibuk dengan smartphone ditanganku, mengirimkan beberapa sms ke setiap orang di rumahku dan satu sms pada seorang kakak yang bersedia menjemputku. Akhirnya aku ada di kotamu. Kamu yang diberi julukan sebagai kota pala karena banyaknya pohon pala yang tumbuh di tanahmu. Sungguh ajaib memang jalan yang diciptakanNya, siapa menyangka kaki ini akan berada di kamu.
Dua februari tahun yang baru. 2015. Kata orang waktu memang sering tidak terasa sedang berlari. Tapi untuk saat ini aku tidak merasa dia sedang berlari. Aku menikmati setiap langkah yang dilewatkan waktu di tanahmu. Kamu, yang mungkin akan segera aku anggap sebagai rumah ketigaku. Setelah manokwari dan Jakarta. Ya, kamu. Kota Fakfak. Hari ini, tepat sudah dua bulan aku mengais rejeki di atasmu. Tepat dua bulan sudah aku mulai merindu pada kotaku.
Kamu yang saat ini bosan dengan suratku. Terimakasih untuk dua bulan bersamamu yang telah berlalu. Aku masih ingin mendapat banyak hal. Banyak kawan. Banyak pelajaran. Ajari aku. Aku siap berjalan bahkan berlari untuk membuat kisah bersamamu.
Untuk kamu, Kota Fakfak.
Dari salah satu gedung kantor di jl. Dprd Fakfak, 2 februari 2015
@dede_crh
@PosCinta @MungareMike