Subscribe:

pulsa

Selasa, 24 Februari 2015

Yang Selalu Mampir Pukul Satu Pagi

Sepasang mata dan bibir terkatup dalam lelap tidurmu ialah puisi yang selalu kubaca sebanyak keraguanmu akan kata-kataku yang terlanjur tumpah tentang usaha menjadi baik-baik saja.
Sementara hangat yang diam-diam kuhantarkan lewat peluk yang kucuri dari punggungmu selalu melahirkan pertanyaan yang sama; mengapa kita tak pernah lagi sama?
Kemudian pagi selalu menjadi perkara yang tak dapat ditunda, yang menerbitkan matahari di keningmu–penerang jalan menuju pulangmu yang tak sanggup kucegah sebab aku tak pernah terlahir sebagai rumah.
Terima kasih sudah mampir.

(2014)

-ANDI GUNAWAN-

sumber: https://ndigun.wordpress.com/2014/09/23/yang-selalu-mampir-pukul-satu-pagi/

senyum lagi boleh?

lelaki pemberi senyuman beberapa hari yang lalu, aku tidak mengenalmu. mungkin kamu pun begitu.
wajahmu terlihat samar tapi senyummu tidak begitu. terlihat jelas, dan menyenangkan.
oh iya, hai. aku belum sempat menyapamu tapi sudah mengoceh saja. sungguh bukan kebiasaan baik.
bagaimana kabarmu? apa dirimu sedang sibuk?

aku tidak tau bagaimana memulai surat ini dengan baik, atau bagaimana juga surat ini harus berakhir. aku hanya tiba-tiba teringat senyummu. senyum yang, ya aku suka. itu saja. sebatas itu.

lelaki bersenyum manis dalam pejam mataku. ijinkan aku mengharapkanmu untuk hadir lagi malam ini. jika boleh.

salam

fakfak,24 februari 2015

@dede_crh

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-26

@PosCinta @MungareMike